realitasonline.id - Agresi Israel terhadap Palestina sudah hampir memasuki 10 bulan. Namun hingga kini tampaknya belum ada tanda-tanda gencatan senjata dari pihak Israel.
Bahkan dalam sebulan terakhir ini kita mendengar berita serangan bertubi-tubi ke masyarakat Palestina.
Termasuk tempat pemukiman dan rumah sakit yang semestinya dilarang keras melakukan penyerangan. Kondisi yang memprihatinkan ini membuat kita harus sadar agar tetap solid mendukung Palestina.
Naskah khutbah Jumat berikut ini berjudul: “Khutbah Jumat: Dukung Palestina, Rawat Peradaban Manusia”. Untuk mencetak naskah khutbah Jumat ini, silakan klik ikon print berwarna merah di atas atau bawah artikel ini (pada tampilan desktop). Semoga bermanfaat! Khutbah I
الْحَمْدُ لِلهِ الَّذِيْ بِنِعْمَتِهِ تَتِمُّ الصَّالِحَاتُ، وَبِعَفْوِهِ تُغْفَرُ الذُّنُوْبُ وَالسَّيِّئَاتُ، وَبِكَرَمِهِ تُقْبَلُ الْعَطَايَا وَالْعِبَادَاتُ. الَّلهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ خَاتَمِ النَّبِيِّيْنَ، الْمَبْعُوْثِ رَحْمَةً لِّلْعَالَمِيْنَ، الْمُرْسَلِ إِلَى كَافَّةِ الْمَخْلُوْقِيْنَ، وَعَلَى آلِهِ وَذُرِّيَتِهِ الْأَطْهَارِ، وَصَحَابَتِهِ الْأَخْيَارِ، وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِالْاِبْتِعَادِ مِنَ الْأَشْرَارِ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا الله وَحْدَهُ لَاشَرِيْكَ لَهُ الْمَلِكُ الْحَقُّ اْلمُبِيْنُ. وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَـمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صَادِقُ الْوَعْدِ اْلأَمِيْنُ. أَمَّا بَعْدُ: فَيَا عِبَادَ اللهِ، أُوْصِي نَفْسِي وَإِيَّاكُمْ بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ، فَمَنِ اتَّبَعَ الْهُدَى وَاتَّقَى فَقَدْ أَفْلَحَ وَفَازَ، إِنَّ اللهَ لَايُخْلِفُ الْمِيْعَادَ
Maasyiral Muslimin jamaah Jumat rahimakumullah, Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam, yang telah menganugerahkan banyak nikmat kepada kita, khususnya nikmat iman dan Islam.
Shalawat dan salam semoga senantiasa dihaturkan kepada Nabi Muhammad saw, berserta keluarga dan para sahabatnya.
Selanjutnya, kita harus terus meningkatkan kualitas ketakwaan dan penghambaan kita kepada Allah dengan berbagai hal-hal positif, baik itu ibadah personal maupun ibadah sosial.
Kita niatkan seluruh rutinitas kita setiap harinya sebagai wasilah untuk mendekatkan diri kepada Allah. Maasyiral Muslimin jamaah Jumat rahimakumullah, Dalam riwayat Imam Ahmad bin Hanbal di dalam kitab Musnad-nya ada sebuah kisah dari sahabat ’Amr bin ‘Abasah al-Sulami:
قَالَ عَمْرِو بْنِ عَبَسَةَ السُّلَمِيِّ: رَغِبْتُ عَنْ آلِهَةِ قَوْمي فِي الْجَاهِلِيَّةِ -فَذكَرَ الْحَدِيْثَ-، قَالَ: فَسَأَلْتُ عَنْهُ فَوَجَدْتُهُ مُسْتَخْفِيًا بِشَأْنِهِ، فَتَلَطَّفْتُ لَهُ حَتَّى دَخَلْتُ عَلَيْهِ، فَسَلَّمْتُ عَلَيْهِ، فَقُلْتُ لَهُ: مَا أَنْتَ؟ فَقَالَ: "نَبِيٌّ"، فَقُلْتُ: وَمَا النَّبِيُّ؟ فَقَالَ: "رَسُولُ اللهِ"، فَقُلْتُ: وَمَنْ أَرْسَلَكَ؟ قَالَ: "اللهُ عَزَّ وَجَلَّ"، قُلْتُ: بِمَاذَا أَرْسَلَكَ؟ فَقَالَ: "بِأَنْ تُوصَلَ الْأَرْحَامُ، وَتُحْقَنَ الدِّمَاءُ، وَتُؤَمَّنَ السُّبُلُ، وَتُكَسَّرَ الْأَوْثَانُ، وَيُعْبَدَ اللهُ وَحْدَهُ لَا يُشْرَكُ بِهِ شَيْءٌ "، قُلْتُ: نِعْمَ مَا أَرْسَلَكَ بِهِ، وَأُشْهِدُكَ أَنِّي قَدْ آمَنْتُ بِكَ وَصَدَّقْتُكَ
Artinya: “’Amr bin ‘Abasah al-Sulami berkata: aku tidak menyukai tuhan-tuhan (yang disembah) kaumku pada masa jahiliyah -kemudian dia menceritakan perjumpaannya dengan Nabi-: aku bertanya tentangnya, kemudian aku menemukannya sembari meremehkannya, kemudian aku bersikap ramah terhadapnya sehingga aku diperbolehkan masuk kepadanya, aku pun mengucapkan salam terhadapnya, kemudian aku bertanya: Anda siapa?, dia berkata: ‘aku seorang Nabi’. Aku bertanya lagi: Nabi itu apa?, dia menjawab: ‘utusan Allah’. Aku bertanya: siapa yang mengutus Anda?, dia menjawab: ‘Allah ‘azza wa jalla’. Aku bertanya lagi: dengan apa Dia mengutus Anda?, dia menjawab: dengan (pesan) menyambung tali silaturahmi, melarang membunuh, menjamin keamanan di jalanan, menghancurkan patung berhala, serta menyembah Allah selaku Dzat yang Maha Esa yang tidak boleh disekutukan’.
Aku mengatakan: Inilah sebaik-baiknya (Dzat) yang mengutus Anda, dan saksikanlah bahwa aku mengimani Anda dan membenarkan Anda.” (HR. Ahmad).
Jika kita membaca riwayat ini sekilas maka akan tampak biasa-biasa saja. Namun bila kita mencermati lebih dalam, maka akan ditemukan sesuatu yang unik yang bisa dijadikan pelajaran, khususnya pada respon Nabi Muhammad dalam menjawab pertanyaan ’Amr bin ‘Abasah al-Sulami.
Pelajaran yang dapat kita timba dari riwayat tersebut adalah, Nabi mendahulukan kemanusiaan dibandingkan keberagamaan.
Mari kita perhatikan sekali lagi saat Nabi ditanya apa pesan yang dikirim Allah kepada beliau, Nabi menjawab dengan menyambung tali silaturahmi, larangan membunuh, jaminan keamanan di jalanan, baru kemudian ekspresi keberagamaan, yaitu membasmi patung berhala dan bertauhid.