Realitasonline.id | Sleep paralysis, atau ketindihan, adalah fenomena yang seringkali menakutkan dan membingungkan.
Selain aspek fisiknya, yaitu ketidakmampuan untuk bergerak saat terbangun, sleep paralysis juga memiliki dampak psikologis yang signifikan.
Mari kita bahas lebih dalam mengenai bagaimana sleep paralysis memengaruhi kesehatan mental.
Dampak Psikologis Sleep Paralysis
- Kecemasan dan Ketakutan: Pengalaman sleep paralysis yang berulang dan disertai halusinasi menakutkan dapat memicu kecemasan yang intens. Ketakutan akan mengalami sleep paralysis kembali dapat mengganggu kualitas tidur dan aktivitas sehari-hari.
- Gangguan Tidur: Sleep paralysis seringkali dikaitkan dengan gangguan tidur lainnya seperti insomnia. Ketakutan akan mengalami sleep paralysis dapat membuat seseorang sulit tidur atau sering terbangun di tengah malam.
- Depresi: Dalam jangka panjang, sleep paralysis yang berulang dapat berkontribusi pada perkembangan depresi. Rasa putus asa, kelelahan, dan kesulitan berkonsentrasi adalah beberapa gejala depresi yang mungkin muncul.
- Gangguan Stres Pasca Trauma (PTSD): Pada beberapa kasus, pengalaman sleep paralysis yang sangat traumatis dapat memicu gejala PTSD. Gejala ini meliputi kilas balik, mimpi buruk, dan menghindari situasi yang mengingatkan pada pengalaman traumatis.
- Paranoid dan Kepercayaan yang Salah: Beberapa orang yang sering mengalami sleep paralysis mungkin mengembangkan kepercayaan yang salah, seperti merasa dirinya dirasuki oleh roh jahat atau makhluk halus. Hal ini dapat memicu perasaan paranoid dan isolasi sosial.
Mengapa Sleep Paralysis Berdampak pada Kesehatan Mental?
- Hilangnya Kontrol: Sensasi tidak berdaya dan ketidakmampuan untuk bergerak selama sleep paralysis dapat memicu perasaan hilangnya kontrol dan kerentanan.
- Ketidakpastian: Kurangnya pemahaman tentang penyebab sleep paralysis dapat menimbulkan kecemasan dan ketakutan yang lebih besar.
- Pengalaman Traumatis: Halusinasi yang menyertai sleep paralysis seringkali sangat menakutkan dan meninggalkan trauma psikologis.
- Dampak Sosial: Ketakutan akan mengalami sleep paralysis di depan orang lain dapat menyebabkan seseorang menghindari interaksi sosial dan mengisolasi diri.
Mengatasi Dampak Psikologis Sleep Paralysis
- Terapi Kognitif Perilaku (CBT): CBT dapat membantu individu mengidentifikasi dan mengubah pikiran dan perilaku negatif yang terkait dengan sleep paralysis.
- Relaksasi: Teknik relaksasi seperti meditasi dan pernapasan dalam dapat membantu mengurangi kecemasan dan meningkatkan kualitas tidur.
- Hingga Tidur: Jika tidak bisa tidur kembali setelah mengalami sleep paralysis, cobalah untuk keluar dari tempat tidur dan melakukan aktivitas yang menenangkan hingga rasa kantuk datang kembali.
- Hindari Stimulan: Kurangi konsumsi kafein dan nikotin, terutama menjelang tidur.
- Jurnal Tidur: Mencatat pola tidur dan pengalaman sleep paralysis dapat membantu Anda dan terapis mengidentifikasi pola dan pemicu.
- Dukungan Sosial: Berbicara dengan teman, keluarga, atau kelompok pendukung dapat memberikan dukungan emosional dan mengurangi perasaan terisolasi.
Baca Juga: Manfaat Daging Kelapa Tua untuk Kesehatan Jantung, dr Zaidul Akbar: Mengurangi Kolesterol Jahat
Jika Anda mengalami sleep paralysis yang berulang dan sangat mengganggu, jangan ragu untuk berkonsultasi dengan profesional kesehatan mental.
Mereka dapat membantu Anda mengembangkan strategi yang efektif untuk mengatasi kondisi ini.(ayaa)***
