Salah satu kekuatan utama film ini adalah cara film ini menggali tema-tema seperti ketakutan seorang ibu akan kehilangan anaknya, dan bagaimana cinta serta ketakutan bisa mendorong seseorang untuk melakukan tindakan yang ekstrem.
Hubungan antara Amanda dan Carola juga menjadi pusat dari narasi, menghadirkan dinamika yang kompleks dan menegangkan antara dua ibu yang berjuang menghadapi trauma mereka sendiri.
Dari segi akting, María Valverde dan Dolores Fonzi berhasil memberikan performa yang kuat dan meyakinkan. Keduanya mampu menyalurkan emosi yang intens, membuat penonton merasa terhubung dengan penderitaan dan dilema yang mereka hadapi.
Namun, bagi penonton yang mengharapkan jawaban pasti atau narasi yang lebih linear, Fever Dream mungkin terasa membingungkan dan sulit diikuti. Film ini lebih condong pada pendekatan abstrak dan interpretatif, yang memaksa penonton untuk terlibat aktif dalam menafsirkan setiap adegan dan dialog.
Baca Juga: Mengungkap Trauma di Balik Dinding: Review Film Thriller Psikologi Netflix His House
Kesimpulan
Fever Dream adalah sebuah film yang tidak mudah dilupakan. Dengan perpaduan antara cerita psikologis yang mencekam dan elemen-elemen supernatural, film ini menawarkan pengalaman menonton yang intens dan mengganggu.
Meskipun film ini mungkin tidak cocok bagi semua orang, terutama bagi mereka yang mencari plot yang lebih jelas dan sederhana, bagi mereka yang menikmati thriller psikologis dengan nuansa surealis dan misterius, Fever Dream adalah sebuah karya yang layak untuk disaksikan.
Film ini mengingatkan kita bahwa kadang-kadang, ketakutan terbesar bukan datang dari luar, melainkan dari dalam diri kita sendiri, dari pikiran dan perasaan yang kita coba sembunyikan.
Fever Dream adalah perjalanan ke dalam mimpi buruk yang tidak ingin kita bangun, sebuah perjalanan yang penuh dengan tanda tanya dan ketidakpastian, tetapi sekaligus menggugah kesadaran akan rapuhnya garis antara kenyataan dan ilusi.
