realitasonline.id - Menurut data dari berbagai sumber yang dihimpun redaksi Pada 4 Januari 1946 dini hari, kereta membawa Sukarno ke Yogyakarta, semua penumpang diliputi ketegangan hingga akhirnya tiba dengan selamat di Stasiun Tugu, Yogyakarta.
Pada hari kedatangan itu, ibu kota Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) secara resmi pindah ke Yogyakarta dan Presiden Sukarno mulai bergedung di Gedung Agung atau Istana Yogyakarta.
Namun posisi Yogyakarta tak sepenuhnya aman, Belanda tetap berupaya untuk melumpuhkan pemerintah dengan cara menangkap pemimpin republik.
Karena itu pada akhir 1948, Belanda kembali melancarkan agresi keduanya dengan menyerang Yogyakarta.
Dalam waktu sekejap, Ibu Kota RI itu jatuh dan dikuasai oleh Belanda. Presiden Sukarno dan Wakil Presiden Muhammad Hatta yang ketika berdomisili di Yogyakarta untuk mengendalikan pemerintah ditangkap dan diasingkan.
Peristiwa di atas adalah kejadian perpindahan ibu kota RI dari Jakarta yang telah dikuasai oleh Belanda saat kembali mendarat dengan membonceng sekutu.
Tapi perpindahan ibu kota ke Yogyakarta pun tidak berlangsung lama hingga akhirnya para pemimpin republik ditangkap.
Pada hari yang sama saat penangkapan tokoh tersebut, di Bukittinggi, Sumatera Barat, Sjafruddin Prawiranegara selaku Menteri Kemakmuran RI mengunjungi Tengku Muhammad Hasan, Gubernur Sumatera. Bersama tokoh lain, mereka pun mendirikan PDRI.
Namun, tidak hanya Yogyakarta dan Bukittinggi yang sempat menjadi ibu kota RI saat zaman PDRI, Aceh pun dikabarkan pernah menjadi pusat pemerintahaan. Bertempat di kota Bireun pernah menjadi ibu kota RI selama sepekan.
Dalam versi yang banyak beredar dan dituliskan, ketika Presiden Sukarno berangkat ke Bireun dengan menumpang pesawat Dakota.
Pesawat udara khusus yang dipiloti Tengku Iskandar itu mendarat dengan mulus di lapangan terbang sipil Cot Gapu pada 16 Juni 1948.
Kedatangan rombongan disambut Gubernur Militer Aceh Tengku Daud Beureu'eh atau yang kerap disapa Abu Daud Beureuh'eh serta alim ulama dan tokoh masyarakat.
Malam harinya dilapangan Cot Gapu diselenggarakan rapat umum akbar. Presiden Sukarno berpidato berapi-api, membakar semangat juang rakyat di Kerisedenan Bireun yang datang membludak.
Selama sepekan kemudian, Presiden Sukarno menjalankan roda pemerintahan di Bireun.
Pemilihan Bireun sebagai tempat pemerintahan sementara bukan hanya karena daerah ini paling aman, tapi karena Bireun merupakan pusat kemilitiran militer Aceh.