Realitasonline.id-Enrekang | Seorang bocah berusia 11 tahun bernama Hakim alias Kimono di Kabupaten Enrekang, Sulawesi Selatan, nekat menangkap ular piton sepanjang 7 meter hanya dengan menggunakan seutas tali.
Aksi tersebut terjadi pada Jumat (13/9) sekitar pukul 23.30 WITA di area persawahan Mapin, Desa Siambo, Kecamatan Anggeraja, dan terekam dalam video yang viral di media sosial.
Dalam video yang beredar, Kimono terlihat mengarahkan tali ke kepala ular piton dengan bantuan ranting kayu.
Meski sempat gagal, ia berhasil menjerat kepala ular setelah mencoba kembali. Ular tersebut tampak tidak melawan setelah berhasil dijerat, dan Kimono bersama teman-temannya menariknya keluar dari semak-semak.
Baca Juga: Usai Mabuk Miras, 3 Pemuda di NTT Tabrak TNI hingga Tewas
Menurut kesaksian temannya, Fikran Misran (27), Kimono dan delapan orang lainnya sedang dalam perjalanan pulang setelah memancing di sungai saat mereka menemukan ular piton di semak-semak pinggir jalan. Ular tersebut ditemukan di dekat kandang sapi warga, yang diduga sebagai target piton itu.
“Kami sembilan orang, termasuk Kimono, saat pulang mancing di pinggir jalan dekat sawah di Mapin. Saat itu sekitar setengah 12 malam,” ujar Fikran pada Minggu (15/9).
Fikran menjelaskan bahwa ular piton sepanjang 7 meter tersebut awalnya terlihat bersembunyi di semak-semak.
Kimono, yang dikenal sebagai bocah pemberani di kampungnya, mengambil inisiatif untuk menangkap ular itu menggunakan tali yang mereka temukan di pondokan.
Baca Juga: Miris ! Siswa SMA ini Rekam Temannya yang Lakukan Aksi Pelecehan terhadap Anak di Bawah Umur
Dibantu oleh teman-temannya, Kimono berhasil menjerat ular tersebut dengan tali yang biasanya digunakan warga untuk menjerat sapi ternak.
Setelah berhasil menjinakkan ular dengan tali, Kimono dan teman-temannya memastikan ular tersebut tidak lagi membahayakan. Ular piton tersebut dicekik hingga mati menggunakan tali.
"Sudah mati dicekik pakai tali. Pakai tali yang biasanya dipakai untuk jerat sapi," kata Fikran.
Setelah memastikan ular mati, mereka kemudian membuang bangkainya ke hutan yang jauh dari permukiman warga untuk menghindari kemungkinan bahaya.