Realitasonline.id - Bali | PT Agincourt Resources (PTAR), pengelola Tambang Emas Martabe, menyampaikan pandangannya tentang tantangan dan peluang menuju praktik pertambangan mineral yang berkelanjutan di forum bergengsi ASEAN Mining Conference 2024 yang dihadiri ratusan delegasi dari sektor pertambangan di Asia Tenggara yang berlangsung di Bali, Selasa (19/11/2024),
Dengan mengusung tema, 'Towards a Sustainable Investment Destination', ASEAN Mining Conference, yang berlangsung selama dua hari (18-20/11/2024), dibuka oleh Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Yuliot Tanjung, President of ASEAN Federation of Mining Association (AFMA) Rachmat Makassau, dan Deputy Secretary General for ASEAN Economic Community H.E Satvinder Singh.
Dalam pemaparannya di ASEAN Mining Conference, Wakil Presiden Direktur PTAR, Ruli Tanio, menekankan pentingnya komitmen sektor industri untuk bertransformasi menuju keberlanjutan.
Baca Juga: AIPF 2023: BNI Pandang ASEAN Adalah Sumber Pertumbuhan
Dengan adopsi teknologi hijau, pengelolaan yang bertanggung jawab, serta kolaborasi lintas sektor, pertambangan dapat menjadi sektor yang tidak hanya menguntungkan secara ekonomi, melainkan juga berimbas positif bagi lingkungan dan masyarakat.
“ Topik keberlanjutan dalam kegiatan usaha pertambangan sangat menarik saat ini, dan memang sangat penting untuk diimplementasikan. Di sisi lain, dalam kacamata publik pada umumnya, ada kesan kontradiktif antara kegiatan pertambangan dengan aspek keberlanjutan, namun, yang hendak kami dorong ke depan adalah aspek keberlanjutan yang mengedepankan kolaborasi mendalam dengan para pemangku kepentingan, ” kata Ruli.
Menurutnya, saat ini PTAR menghadapi beberapa tantangan tradisional yang juga dihadapi perusahaan tambang lain terkait dengan penambangan, pemulihan pasca-tambang dan lainnya dan untuk menghadapi tantangan-tantangan tersebut belum ada rumus ajaib untuk menyelesaikannya.
Baca Juga: Menuju Indonesia Emas 2045: Mind ID Kolaborasi dengan Media untuk Dorong Hilirisasi Pertambangan
“ Kami harus mengerahkan semua sumber daya terbaik, ahli teknik dan ilmuwan terbaik untuk bekerja dan menjadi yang terdepan dalam operasi, ” ujarnya.
Sejauh ini, menurut Ruli, PTAR telah berhasil bertransformasi dan bertransisi dari kapasitas produksi awal yang kurang dari 4 juta ton per tahun pada 2012 menjadi 7 juta ton per tahun (bijih yang digiling). Tahun ini PTAR juga berhasil beralih dari metodologi tailings basah menjadi tailings kering yang risikonya lebih rendah.
Selain itu, PTAR telah menerapkan teknologi tercanggih seperti ReCYN, Vertimill, dan Oxygen Shear Reactor untuk menghasilkan produktivitas tertinggi, mengefisiensikan sumber daya, dan menciptakan nilai tambah.
Baca Juga: AR Raih Penghargaan Terbaik di Ajang Bergengsi Kaidah Teknik Pertambangan dari Kemen-ESDM RI