Seharusnya Sudah Musim Kemarau, Tapi Hujan Terus Mengguyur Banyak Wilayah di Indonesia, Terungkap Ini Penyebabnya

photo author
- Minggu, 13 April 2025 | 17:13 WIB
Ilustrasi Hujan turun saat musim kemarau di Indonesia. (Realitasonline.id/freepik/tawatchai07)
Ilustrasi Hujan turun saat musim kemarau di Indonesia. (Realitasonline.id/freepik/tawatchai07)

Realitasonline.id - JAKARTA | Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprediksi Indonesia masuk musim kemarau, namun beberapa wilayah masih diguyur hujan deras.

Terkhusus wilayah Sumatera Utara, Aceh, dan Jabodetabek, hujan masih kerap turun di sore dan malam hari. Tentu saja hal ini menimbulkan pertanyaan di masyarakat.

Deputi Bidang Meteorologi BMKG Guswanto memberikan penjelasan mengenai kondisi cuaca yang tengah berlangsung.

Baca Juga: BMKG Prediksi Agustus Puncak Kemarau 2025, Tapi Sumatera Utara dan Aceh Terus Dihajar Banjir dan Longsor

Ia menegaskan Indonesia saat ini belum benar-benar memasuki musim kemarau, melainkan dalam fase transisi atau pancaroba.

“Sebenarnya saat ini adalah musim pancaroba dari musim hujan ke musim kemarau,” ujar Guswanto pada keterangan resminya, Jumat 11 April 2025.

Dalam fase peralihan ini, hujan yang terjadi tidak menyeluruh di seluruh wilayah Indonesia.

Sebaliknya, fenomena hujan hanya muncul di beberapa wilayah akibat pengaruh dinamika atmosfer skala lokal dan regional.

Guswanto menyebut dua faktor utama penyebab hujan lokal ini, yaitu konvergensi dan labilitas lokal yang kuat.

Baca Juga: Pengabdian Mengajar: Komunitas Sinergitas Pendidikan Bersinergi Kembangkan Literasi Peserta Didik di SD Negeri 060425 Medan Tuntungan

Keduanya mendukung proses pembentukan awan konvektif yang menghasilkan hujan dengan intensitas ringan hingga lebat.

"Fenomena ini memicu pembentukan awan dan kemudian hujan, terutama awan konvektif yang dapat menghasilkan hujan dengan intensitas ringan hingga sedang, bahkan disertai petir dan angin kencang," jelasnya.

Ia menambahkan, konvergensi adalah pertemuan massa udara yang dapat memicu naiknya udara hangat dan lembap ke atmosfer.

Pergerakan ini menyebabkan terbentuknya awan hujan secara signifikan di wilayah-wilayah terdampak.

Sementara itu, labilitas lokal adalah kondisi atmosfer yang memungkinkan udara naik dengan cepat karena lebih ringan dari udara sekitarnya.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Ayu Kesuma Ningtyas

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

ATR/BPN Permudah Masyarakat Cek PPAT Digital

Jumat, 19 Desember 2025 | 19:17 WIB
X