Kolaborasi Strategis dengan Media dan Influencer. Wamen Ossy mendorong kerja sama yang terukur dengan media massa dan para influencer, baik di tingkat lokal maupun nasional, guna memperluas jangkauan informasi kementerian kepada publik.
Komunikasi yang Manusiawi dan Empatik. Dalam menyampaikan isu pertanahan yang sering bersinggungan langsung dengan masyarakat, empati menjadi hal penting.
“ Tanah bukan sekadar objek hukum, tetapi bagian dari kehidupan. Jangan sampai konten yang dibuat justru menyakiti perasaan masyarakat, ” tegasnya.
Menanggapi arahan Wakil Menteri ATR BPN Ossy Dermawan terkait 5 pilar strategi komunikasi publik, Kepala Kantah Kota Padangsidimpuan Agustina Harahap menyatakan kesiapan penuh jajarannya dalam menerapkan strategi tersebut di wilayah kerjanya.
"Kami menyambut baik arahan Bapak Wamen. Lima pilar komunikasi publik ini menjadi panduan konkret dalam memperkuat peran Kantah sebagai garda terdepan pelayanan pertanahan yang informatif, responsif dan empatik, " ujar Agustina, Jumat (25/7/2025).
Menurutnya, strategi komunikasi yang membumi dan proaktif sangat relevan dengan karakteristik masyarakat Padangsidimpuan.
Ia menekankan pentingnya penyampaian kebijakan pertanahan dalam bahasa yang mudah dipahami oleh masyarakat, terutama terkait program prioritas seperti PTSL dan pelayanan sertipikat elektronik.
" Kami di Padangsidimpuan berkomitmen menyampaikan informasi dengan bahasa yang dekat dengan warga. Selain itu, kami juga sedang membangun sistem deteksi dini isu publik agar bisa lebih cepat merespons dan menangkal potensi misinformasi, " tambahnya.
Dalam hal kolaborasi, pihaknya juga telah menjalin komunikasi aktif dengan media lokal dan tokoh masyarakat Padsngsidimpuan.
“Kami terbuka bekerja sama dengan media, influencer lokal dan elemen masyarakat lainnya agar pesan-pesan Kementerian bisa tersampaikan secara luas dan positif, ” ungkapnya.
Menutup pernyataannya, Kakantah Padangsidimpuan menegaskan, pihaknya akan memperkuat pendekatan komunikasi yang humanis, terlebih karena isu pertanahan sangat dekat dengan kebutuhan dan emosi masyarakat.
“ Tanah bukan sekadar aset, tapi sumber kehidupan. Sudah seharusnya kami menyampaikan setiap kebijakan dengan empati dan kepedulian, ” pungkasnya.(RI)