“Rupiah berpotensi menguat terhadap dolar AS yang melemah,” paparnya.
Lukman menyebutkan, rupiah selama pekan ini masih dipengaruhi oleh pergerakan dolar AS.
Dari domestik, data perdagangan menunjukkan surplus besar yang berada di atas perkiraan.
Selain itu, rupiah dipengaruhi Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia (RDG BI) yang mengulangi pernyataan untuk mempertahankan kebijakan dalam upaya preemptive mendukung rupiah.
Direktur Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi menuturkan, data penjualan ritel Amerika yang kuat dan serangkaian komentar yang cenderung hawkish dari pejabat The Fed minggu ini memicu meningkatnya keraguan bahwa The Fed akan mulai menurunkan suku bunganya pada bulan Maret 2024.
Pedagang juga terlihat secara tajam mengurangi taruhan pada pemotongan suku bunga di bulan Maret, menurut alat CME Fedwatch. Para pedagang sekarang memperkirakan peluang sebesar 51,9% untuk pemotongan suku bunga di bulan Maret, turun tajam dari 68,3% yang terlihat pada minggu lalu.
“Tanda-tanda ketahanan perekonomian AS baru-baru ini memberikan ruang bagi The Fed untuk mempertahankan suku bunga lebih tinggi dalam jangka waktu yang lebih lama,” ujar Ibrahim dalam risetnya.
Alhasil, rupiah spot terpantau melemah 0,42% secara mingguan dan menguat tipis 0,06% secara harian ke posisi Rp 15.615 per dolar AS, Jumat (19.1). Sementara itu, Rupiah Jisdor BI melemah sekitar 0,44% secara mingguan dan menguat tipis 0,01% secara harian ke posisi Rp 15.628 per dolar AS, Jumat (19/1).
Ibrahim memperkirakan rupiah di awal pekan depan kemungkinan dapat menguat tipis dalam rentang Rp 15.590 – Rp 15.650 per dolar AS, Senin (22/1).
Sedangkan, Lukman memproyeksi rupiah menguat terbatas pada kisaran Rp 15.550 – Rp 15.650 per dolar AS di perdagangan Senin (22/1).***