Realitasonline.id | Self diagnosed atau dalam bahasa Indonesia adalah diagnosis mandiri merupakan asumsi pribadi yang menyatakan seseorang mengidap suatu penyakit yang didasarkan pengetahuannya sendiri.
Saat ini, selain kesehatan fisik, banyak juga orang yang melakukan self diagnosed untuk terhadap memeriksa kesehatan mental mereka.
Internet dan media sosial memiliki pengaruh penting terhadap cara pandang masyarakat. Kepedulian masyarakat saat ini terkait kesehatan mental sayangnya sejalan dengan fenomena self diagnosed yang tentunya berbahaya.
Baca Juga: Butterfly in the Stomach adalah Perasaan Deg-degan, Panik, hingga Mules, Ternyata ini Penyebabnya
Berikut beberapa dampak mengapa self diagnosed berbahaya:
1. Kesalahan dalam mendiagnosa: self diagnosed akan melewatkan tahapan analisis terkait gejala dan pemeriksaan dari ahlinya, sehingga menyimpulkan diagnosa yang tidak benar.
2. Keliru mengambil penanganan: jika diagnosa sudah tidak tepat, tentu memungkinkan seorang self diagnosed mencari pertolongan yang tidak sesuai.
Baca Juga: 6 Cara Atasi Stres Kerja, Selain Butuh Jeda Kamu Juga Perlu Support System
3. Menimbulkan gangguan kesehatan lain: akibat keliru mendiagonsa, selanjutnya dapat meningkatkan keparahan penyakit dan timbulnya penyakit lain yang tidak dapat dihindari.
Untuk menghindari bahaya yang terjadi akibat self diagnosed, berikut tips menghindarinya:
1. Mengenali diri sendiri: berupaya untuk mengetahui diri sendiri mulai dari kelebihan dan kelemahan diri.
Baca Juga: 6 Cara Atasi Stres Kerja, Selain Butuh Jeda Kamu Juga Perlu Support System
2. Menghindari informasi tanpa disaring: beragamnya aplikasi jejaring sosial, internet, dan selebriti yang menyebarkan informasi dengan sumber yang tidak kredibel sering dikonsumsi dan mempengaruhi publik. Untuk itu, ada baiknya mencari informasi dan konten yang berdasar pada ahli yang jelas.