Realitasonline.id | Ghosting, atau menghilang tanpa jejak dari kehidupan seseorang yang pernah dekat, menjadi fenomena yang semakin umum terjadi di era digital.
Perilaku ini, meski menyakitkan, ternyata memiliki akar psikologis yang kompleks. Mari kita bedah bersama.
Apa Itu Ghosting?
Ghosting adalah tindakan memutuskan semua bentuk komunikasi dengan seseorang secara tiba-tiba dan tanpa penjelasan yang jelas. Korban ghosting seringkali merasa bingung, kecewa, dan bahkan terluka.
Mengapa Orang Melakukan Ghosting?
- Ketidakmampuan Menghadapi Konflik: Beberapa orang merasa sulit untuk menghadapi konfrontasi atau memberikan penjelasan yang jujur. Mereka memilih untuk menghilang sebagai cara menghindari percakapan yang tidak nyaman.
- Takut Menyakiti: Paradoksnya, ada yang melakukan ghosting karena takut menyakiti perasaan orang lain. Mereka berpikir bahwa menghilang secara tiba-tiba akan lebih baik daripada memberikan penjelasan yang mungkin menyakitkan.
- Kurangnya Empati: Orang yang melakukan ghosting mungkin kurang memiliki empati terhadap perasaan orang lain. Mereka tidak menyadari dampak yang dapat ditimbulkan oleh tindakan mereka.
- Ketidakdewasaan Emosional: Ghosting seringkali dilakukan oleh orang yang belum siap untuk menjalin hubungan yang serius atau belum memiliki kemampuan untuk mengelola emosi mereka dengan baik.
- Pengalaman Masa Lalu: Seseorang mungkin melakukan ghosting karena pernah menjadi korban ghosting sebelumnya. Mereka kemudian mengulangi perilaku yang sama sebagai bentuk pembalasan atau perlindungan diri.
Baca Juga: Harga Minyak Mentah Jenis Brent Naik 39 Sen ke Level US$ 79,02 Per Barel
Dampak Psikologis bagi Korban Ghosting
- Bingung dan Kecewa: Korban ghosting seringkali merasa bingung dan tidak mengerti alasan di balik tindakan pasangannya.
- Rasa Tidak Percaya Diri: Mereka mungkin mulai meragukan diri sendiri dan bertanya-tanya apa yang salah dengan diri mereka.
- Kehilangan Harga Diri: Ghosting dapat menyebabkan penurunan harga diri dan rasa percaya diri yang signifikan.
- Trauma Emosional: Dalam kasus yang parah, ghosting dapat menyebabkan trauma emosional yang berkepanjangan.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ghosting
- Media Sosial: Kemudahan berkomunikasi melalui media sosial membuat ghosting menjadi lebih mudah dilakukan. Seseorang hanya perlu memblokir atau menghapus kontak tanpa harus bertemu secara langsung.
- Kultur Populer: Beberapa film, serial televisi, dan lagu seringkali menggambarkan ghosting sebagai hal yang biasa atau bahkan romantis. Hal ini dapat mempengaruhi persepsi seseorang tentang ghosting.
- Tekanan Sosial: Tekanan untuk selalu tampil sempurna di media sosial dapat mendorong seseorang untuk menghindari konfrontasi dan memilih untuk menghilang.
Cara Mengatasi Trauma Ghosting
- Akui Perasaan: Berikan diri sendiri waktu untuk merasakan semua emosi yang muncul, seperti kesedihan, marah, atau kecewa.
- Cari Dukungan: Bicarakan perasaanmu dengan teman, keluarga, atau terapis.
- Jaga Diri: Prioritaskan kesehatan fisik dan mental dengan cukup tidur, makan makanan bergizi, dan berolahraga.
- Fokus pada Diri Sendiri: Alihkan perhatianmu pada hal-hal yang kamu sukai dan nikmati.
- Hindari Menyalahkan Diri Sendiri: Ingatlah bahwa kamu tidak melakukan kesalahan apa pun.
Baca Juga: Mengapa Sulit Melupakan Seseorang? 6 Fakta Psikologis di Baliknya!
Ghosting adalah perilaku yang tidak sehat dan menyakitkan. Jika kamu pernah menjadi korban ghosting, jangan ragu untuk mencari bantuan profesional.(ayaa)***