nusantara

Harga Minyak Mentah Merosot ke Bawah US$ 70 Per Barel Dipicu Suramnya Data Ekonomi dari Amerika Serikat dan China

Rabu, 4 September 2024 | 15:06 WIB
Harga Minyak Mentah Merosot ke Bawah US$ 70 Per Barel Dipicu Suramnya Data Ekonomi dari Amerika Serikat dan China

realitasonline.id - Pada perdaganagn pada Rabu (4/9) harga minyak mentah merosot ke bawah US$ 70 per barel dipicu pemulihan produksi Libya dan suramnya data ekonomi dari Amerika Serikat (AS) dan China.

Melansir data dari Bloomberg di mana harga minyak west texas intermediate (WTI) untuk pengiriman Oktober 2024 di New York Mercantile Exchange ada di US$ 69,93 per barel pada Rabu (4/9) pukul 10.24 WIB, turun 0,58% dibanding sehari sebelumnya.

Baca Juga: Harga Minyak Mentah West Texas Intermediate Terus Tertekan di Tengah Kekhawatiran Pasar

Menanggapi hal tersebut, Research and Development ICDX Yoga Tirta mengatakan, merosotnya harga minyak dipicu oleh potensi pemulihan produksi Libya secara penuh di tengah rencana peningkatan output OPEC+.

Selain itu, rilisnya data ekonomi terbaru AS dan China yang suram juga turut memberikan tekanan di sisi permintaan.

Di sisi lain, Konflik di Libya yang dipicu oleh perebutan kendali atas bank sentral menunjukkan tanda mereda, pasca Dewan Perwakilan Rakyat di Benghazi, Libya timur, dan Dewan Negara Tinggi di Tripoli, Libya barat menandatangani pernyataan bersama.

Baca Juga: Harga Minyak Mentah Terus Merosot Dipicu Ekspektasi Kenaikan Produksi OPEC+ Mulai Bulan Oktober

Keduanya menyepakati untuk menunjuk gubernur bank sentral dan dewan direksi dalam waktu 30 hari.

Kemudian, kedua faksi juga sepakat untuk memperpanjang pertemuan selama lima hari, yang berakhir pada 9 September. Berita tersebut meningkatkan ekspektasi bahwa Libya akan segera dapat melanjutkan produksi secara penuh.

"Di sisi lain juga memicu kekhawatiran akan terjadinya pasokan terlebih di pasar karena OPEC+ berencana untuk mulai mengembalikan 2,2 juta bph dari pemotongan sukarela ke pasar mulai Oktober," tulisnya dalam riset, Rabu (4/9).

Sentimen negatif lainnya datang dari survei yang dirilis oleh Institute for Supply Management (ISM), yang menunjukkan PMI manufaktur AS naik menjadi 47,2 pada bulan Agustus dari 46,8 pada bulan Juli, level pertumbuhan terendah sejak November.

"Angka PMI di bawah 50 mengindikasikan kontraksi di sektor manufaktur, yang menyumbang 10,3% dari perekonomian AS," terangnya.

Surevi ISM juga menunjukkan pesanan baru turun menjadi 44,6 di bulan Agustus dari 47,4 pada bulan Juli.

Selain itu, Biro Sensus Departemen Perdagangan pada hari Selasa merilis laporan belanja konstruksi yang turun 0,3% pada bulan Juli setelah tidak berubah pada bulan Juni.

Turut membebani pergerakan harga lebih lanjut, pertumbuhan aktivitas sektor jasa China melambat pada bulan Agustus, merosot turun ke angka 51,6 dari 52,1 pada bulan Juli.

Halaman:

Tags

Terkini

ATR/BPN Permudah Masyarakat Cek PPAT Digital

Jumat, 19 Desember 2025 | 19:17 WIB