nusantara

Perhatian! Dana Pendidikan Anak Naik Terus, Orang Tua Wajib Tahu Investasi Saham, Obligasi, dan Reksadana

Senin, 26 Mei 2025 | 12:12 WIB
Ilustrasai Dana Pendidikan (Realitasonline.id - Pixabay)

Realitasonline.id - Jakarta | Setiap orang tua pasti ingin memberikan pendidikan terbaik bagi anak-anaknya. Pendidikan bukan hanya soal gelar, tetapi juga tentang membuka peluang masa depan yang lebih baik. Namun, seiring dengan meningkatnya biaya pendidikan dari tahun ke tahun, muncul tantangan besar bagi keluarga: bagaimana mempersiapkan dana pendidikan dengan bijak?

Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) dan sejumlah survei lembaga keuangan, kenaikan biaya pendidikan di Indonesia berkisar antara 10% hingga 15% per tahun. Artinya, jika saat ini biaya masuk universitas ternama mencapai Rp100 juta, maka dalam 10 tahun bisa mencapai lebih dari dua kali lipat.

Inilah sebabnya mengapa perencanaan keuangan yang matang sangat penting, terutama dalam hal investasi untuk dana pendidikan anak. Terdapat tiga instrumen investasi populer di pasar modal, yaitu saham, obligasi, dan reksa dana. Manakah yang paling cocok untuk biaya pendidikan?

Baca Juga: BRI Sabet 3 Penghargaan Internasional dari The Asset di Hong Kong

 

Perencanaan dana pendidikan bukan hanya soal menabung, tapi soal bagaimana mengelola dan mengembangkan dana agar mampu mengejar inflasi pendidikan. Jika hanya mengandalkan tabungan konvensional, dana yang terkumpul bisa kalah jauh dibanding kenaikan biaya pendidikan. Oleh karena itu, orang tua perlu melek investasi.

Manfaat perencanaan dana pendidikan sejak dini akan memberikan rasa tenang karena memiliki strategi keuangan jangka panjang. Hal tersebut juga akan menghindari hutang besar saat anak memasuki jenjang pendidikan tinggi. Oleh karenanya, perencanaan dana pendidikan dapat memberikan kebebasan pilihan yang terbaik bagi anak untuk menentukan masa depan pendidikannya.

Sebelum memilih instrumen yang tepat, mari kita kenali terlebih dahulu karakteristik masing-masing. Pertama adalah saham. Saham adalah bukti kepemilikan atas suatu perusahaan. Membeli saham berarti Anda menjadi bagian dalam kepemilikan perusahaan tersebut. Potensi keuntungan saham sangat tinggi dalam jangka panjang, namun risikonya juga tinggi.

 

Baca Juga: Opini Syaiful Syafri: Kualitas Pendidikan di Indonesia, Keberhasilannya Ada di Kebijakan Kepala Daerah

Kelebihannya, potensi imbal hasil (return) yang tinggi. Saham juga cocok untuk investasi jangka panjang (lebih dari 5 tahun). Sementara kekurangan dari saham, yaitu sifatnya yang memiliki volatilitas tinggi dan membutuhkan pengetahuan serta waktu untuk melakukan analisa.

Kedua, obligasi. Obligasi adalah surat utang yang diterbitkan oleh pemerintah atau perusahaan. Investor akan mendapatkan bunga (kupon) secara berkala dan pokok pinjaman dikembalikan di akhir periode. Kelebihannya, relatif aman, apalagi jika obligasi pemerintah. Selain itu, ada penghasilan tetap dari kupon. Kekurangannya, potensi keuntungan lebih rendah dari saham. Nilai pasar bisa turun jika suku bunga naik.

Ketiga, reksa dana. Reksa dana adalah wadah untuk menghimpun dana dari masyarakat yang dikelola oleh manajer investasi ke berbagai instrumen seperti saham, obligasi, dan pasar uang. Kelebihannya, reksa dana dikelola oleh profesional. Reksa dana juga tersedia dalam berbagai jenis (reksa dana saham, campuran, pendapatan tetap, pasar uang).

Selain itu, reksa dana bisa mulai diinvestasikan dengan dana kecil. Kekurangan reksa dana, yaitu terdapat biaya pengelolaan (fee) dan nilai unitnya bisa fluktuatif tergantung jenisnya.

Halaman:

Tags

Terkini

ATR/BPN Permudah Masyarakat Cek PPAT Digital

Jumat, 19 Desember 2025 | 19:17 WIB