Dalam kesempatan itu, Menteri Nusron mengutip pandangan Syekh Abdul Qadir Al-Jailani yang menyebutkan, ada tiga pilar kepemimpinan umat manusia, yakni ilmal ulama, hikmat al-hukama, dan wasiyasatal muluk.
Menurutnya, santri masa kini harus mampu menjadi kader ulama sekaligus teknokrat yang ahli di berbagai bidang.
“ Santri harus mempersiapkan diri menjadi kader ulama dan kader teknokrat di bidang kedokteran, teknologi, keuangan, dan energi. Santri juga harus siap menjadi negarawan yang berjiwa besar, memimpin dengan semangat persatuan tanpa dendam, ” tuturnya.
Baca Juga: Pengendara Septor Bonceng 3 Hantam Truk di Humbahas, Seorang Tewas Ditempat
Ia juga mengingatkan pentingnya sanad keilmuan dalam proses belajar agama agar santri tidak terjebak pada pemahaman yang dangkal dan menyesatkan.
“ Belajar agama harus talaki dan bersanad, tidak cukup hanya dari media sosial. Sanad itu bagian dari agama. Tanpa sanad, orang bisa tersesat dan mengaku berpendapat atas nama agama, ” pesannya.
Di akhir amanatnya, Menteri Nusron berharap eksistensi dan kontribusi santri di Indonesia semakin nyata dalam membangun kemajuan dan kesejahteraan bangsa.
“ Semoga eksistensi santri di Indonesia makin nyata, dan kontribusinya makin konkret untuk membangun kemajuan, kemakmuran, dan kesejahteraan rakyat Indonesia, ” pungkasnya.(RI)