Brand ambassador atau influencer yang dipilih kurang relate dengan target pasar (anak muda kelas menengah ke bawah).
Kurangnya pendekatan komunitas dan grassroots, padahal ini penting untuk motor entry-level.
Promosi yang besar tidak selalu berarti promosi yang efektif.
4. Desain dan Daya Tarik Visual Biasa Saja
Skutik entry-level harus punya desain yang "nendang", karena targetnya biasanya anak muda. Yamaha Gear punya desain yang fungsional dan tangguh, tapi tidak terlalu menonjol atau ikonik.
-
Terlihat lebih ke arah “utilitarian” daripada “gaya”.
-
Berbeda dengan Honda Beat atau Scoopy yang punya desain lebih mencolok dan “instagramable”.
5. Harga Tidak Terasa “Best Value”
Harga Yamaha Gear berada di kisaran Rp17-18 jutaan. Tapi:
-
Tambah sedikit uang, bisa dapat Freego atau skutik lain yang lebih besar.
-
Honda Beat dengan jaringan servis dan harga jual kembali (resale value) yang lebih kuat terasa lebih “worth it”.
6. Jaringan dan After Sales Honda Lebih Mengakar
Ini bukan kesalahan Yamaha Gear secara langsung, tapi jadi faktor besar:
-
Jaringan AHASS Honda sangat luas dan dipercaya, terutama oleh pengguna pemula dan ibu-ibu.
-
Resale value motor Honda lebih stabil → membuat orang memilih Honda walau fiturnya kalah.
Yamaha Gear belum gagal, tapi posisinya sulit.
Meski marketing sudah "all in", ada masalah fundamental:
-
Segmentasi dan positioning kurang tajam.
-
Desain dan value kurang menonjol.