Proses ini membuat pembakaran kurang efisien, sehingga konsumsi BBM meningkat 5–10%. Misalnya, mobil yang biasanya 1 liter bisa menempuh 12 km, kini hanya mencapai 10–11 km dengan bahan bakar berkualitas rendah.
5. Getaran dan Suara Mesin Kasar
Bahan bakar terkontaminasi partikel atau air dapat menyumbat injektor, mengganggu semprotan bahan bakar ke ruang bakar.
Alhasil, mesin bekerja tidak seimbang, menimbulkan getaran tidak wajar di kabin atau suara kasar saat idle.
Pada kasus parah, mesin bahkan bisa mati mendadak saat lampu merah atau di tengah kemacetan.
6. Penumpukan Kerak di Injektor dan Katup
Bahan bakar murah umumnya minim aditif pembersih. Zat kotoran atau sulfur dalam bahan bakar tersebut akan mengendap sebagai kerak di injektor, katup intake, atau ruang bakar.
Kerak ini menghambat aliran bahan bakar dan udara, mengurangi tenaga mesin, serta memicu overheating. Dalam 1–2 bulan, efeknya sudah bisa dirasakan melalui performa yang semakin menurun.
Bagaimana Menghindari Dampak Tersebut?
- Ikuti Rekomendasi Oktan Pabrikan. Gunakan bahan bakar sesuai angka oktan yang tercantum di buku manual.
- Pilih SPBU Terpercaya. Pastikan membeli bahan bakar di SPBU resmi untuk menghindari kontaminasi atau pencampuran ilegal.
- Tambahkan Aditif Pembersih. Jika terpaksa menggunakan bahan bakar berkualitas rendah, tambahkan aditif berkualitas setiap 3.000–5.000 km untuk membersihkan kerak.
- Periksa Filter Bahan Bakar. Ganti filter secara berkala agar partikel kotor tidak masuk ke sistem pembakaran.
Dampak bahan bakar berkualitas rendah pada mesin tidak hanya merugikan performa, tetapi juga mengancam keselamatan berkendara.
Gejala seperti mesin kasar, konsumsi boros, atau knocking adalah alarm bahwa mesin sedang "protes". Lebih baik mengikuti saran pabrikan dan menggunakan bahan bakar sesuai standar mesin kendaraan Anda.
Dengan begitu, mesin tetap awet, irit, dan siap menemani perjalanan jarak jauh tanpa masalah. (KN)