Mobil bensin membutuhkan ±7–10 liter bensin (Rp 100.000–150.000)
Mobil listrik hanya menghabiskan ±15 kWh listrik (±Rp 25.000–30.000)
Selisihnya sangat terasa apalagi untuk penggunaan harian. Hemat hingga 70% untuk biaya "bahan bakar" harian.
4. Risiko Kerusakan dan Penggantian Komponen
Mobil bensin punya risiko kerusakan seperti radiator bocor, turbo rusak, atau gearbox bermasalah, yang bisa menelan biaya besar.
Mobil listrik memiliki lebih sedikit komponen bergerak, sehingga potensi kerusakannya lebih rendah.
Namun, penggantian baterai mobil listrik bisa sangat mahal jika di luar masa garansi (Rp 80–200 juta). Untungnya, masa pakai baterai bisa mencapai 8–10 tahun dan seringkali dilindungi garansi pabrikan.
Baca Juga: VinFast VF e34, Mobil Listrik dari Vietnam yang Siap Tantang Pasar Indonesia
5. Biaya Tambahan: Software dan Aksesori
Mobil listrik biasanya butuh pembaruan software dan pengecekan sistem kelistrikan, tapi sebagian besar gratis dari pabrikan. Biaya aksesoris, charger, atau pemasangan wallbox bisa jadi tambahan awal, tapi bukan pengeluaran rutin.
Jika dilihat dari sisi biaya perawatan rutin dan efisiensi energi, mobil listrik jelas lebih hemat dibandingkan mobil bensin. Meski harga awal bisa lebih tinggi dan ada potensi biaya baterai di masa depan, penghematan per bulan dari servis dan "bahan bakar" bisa menutupinya.
Untuk penggunaan jangka panjang dan pemakaian harian, mobil listrik adalah investasi cerdas yang ramah kantong dan ramah lingkungan. (KN)