Realitasonline.id - Industri aftermarket otomotif di Indonesia selalu berkembang mengikuti tren. Dari era mobil sport hingga MPV keluarga, pasar modifikasi selalu menemukan caranya untuk bertahan.
Namun, kini dunia otomotif sedang mengalami perubahan besar dengan hadirnya mobil listrik (EV). Pertanyaannya: masihkah aksesoris klasik seperti knalpot racing dibutuhkan di era elektrifikasi?
1. Knalpot Racing: Ikon Modifikasi yang Terancam Punah?
Selama puluhan tahun, knalpot racing bukan sekadar komponen, tetapi juga bagian dari identitas pecinta otomotif. Suara menggelegar khas knalpot aftermarket mampu menghadirkan sensasi adrenalin dan citra sporty.
Baca Juga: Komparasi Fitur ADAS: Wuling, Toyota, Honda, Hyundai Siapa yang Unggul?
Namun, mobil listrik sepenuhnya tidak memiliki mesin pembakaran internal. Artinya, tidak ada sistem buang gas yang membutuhkan knalpot. Hal ini membuat knalpot racing kehilangan fungsi teknisnya di EV. Bahkan, suara yang dihasilkan pun tidak lagi relevan, karena mobil listrik justru dijual dengan keunggulan hening dan ramah lingkungan.
2. Pergeseran Tren Modifikasi di Era EV
Ketiadaan mesin bensin bukan berarti industri aftermarket berhenti berkembang. Justru, pasar modifikasi EV membuka peluang baru. Tren yang kini muncul antara lain:
- Body Kit Futuristik – Desain agresif dengan aerodinamika modern untuk menambah karakter EV.
- Velg Lightweight dan Ban EV-Specific – Mendukung efisiensi jarak tempuh.
- Interior Custom – Mulai dari jok vegan leather hingga ambient light interaktif.
- Sistem Audio Digital – Karena tidak ada suara mesin, pecinta musik bisa memaksimalkan pengalaman audio premium.
- Software Tuning – Modifikasi kini merambah ke optimalisasi software, misalnya pengaturan regenerasi baterai atau respons pedal akselerator.
Baca Juga: Asuransi Mobil Listrik, Apa Bedanya dengan Mobil Bensin?
3. Apakah Knalpot Racing Benar-Benar Hilang?