Karena produksinya singkat, jumlah unit yang beredar terbatas. Faktor kelangkaan inilah yang membuat Pajero Junior punya nilai historis sekaligus daya tarik sebagai mobil kolektor.
Kekurangan Pajero Junior
1. Usia Mobil Sudah Tua
Diproduksi hanya hingga 1998, berarti Pajero Junior kini berusia lebih dari 25 tahun. Artinya, pembeli harus siap menghadapi risiko perbaikan dan kondisi komponen yang menua.
2. Suku Cadang Sulit Didapat
Karena tidak dirilis resmi di Indonesia, Pajero Junior masuk lewat importir umum. Hal ini membuat suku cadang orisinal sulit dicari, bahkan kadang harus inden dari Jepang.
3. Performa Terbatas
Meski lebih bertenaga dibanding Pajero Mini, tenaga 80 hp tentu tidak bisa dibandingkan dengan SUV modern bermesin 1.5 liter ke atas. Untuk jalan tol panjang atau tanjakan curam, mobil ini terasa kurang bertenaga.
4. Konsumsi BBM Tidak Irit
Mesin lawas dengan teknologi 90-an membuat Pajero Junior relatif boros dibanding mobil kompak modern. Konsumsi BBM rata-rata bisa mencapai 10–12 km/liter, tergantung kondisi.
Baca Juga: Pajero Junior Bekas, Cek Harga, Ketersediaan, dan Tips Membeli, Masih Layak Diburu Kolektor?
5. Kenyamanan Minimalis
Interiornya sederhana, kursi tipis, dan fitur hiburan masih sangat terbatas. Jangan berharap kenyamanan seperti SUV keluarga modern, karena mobil ini memang lebih menonjolkan gaya dan karakter retro.
Mitsubishi Pajero Junior adalah SUV mungil retro yang punya kelebihan unik: desain boxy ikonik, mesin 1.1 liter, dan fitur 4WD tangguh. Namun, mobil ini juga punya kekurangan dari sisi usia, ketersediaan suku cadang, hingga performa yang terbatas.
Bagi kolektor mobil klasik, Pajero Junior jelas menarik karena langka dan punya nilai historis. Tapi bagi konsumen yang mencari kendaraan harian praktis dan efisien, mungkin ada opsi lain yang lebih masuk akal.
Singkatnya, Pajero Junior bukan sekadar SUV mungil, melainkan mobil nostalgia yang menghadirkan sensasi 90-an bagi pecinta otomotif retro. (KN)
