Realitasonline.id | Suzuki Swift merupakan generasi kedua yang mengubah desain lampu. Meski, desainnya terlihat beda. Pihak Suzuki berusaha memasarkan tapi kalah bersaing. Swift tidak mampu menarik perhatian konsumen.
Selain itu penyebabnya dilansir youtube@fuseboxID, Suzuki Swift kalah bersaing dengan Honda Jazz, terutama pada generasi ketiga, dilengkapi fitur-fitur canggih seperti paddle shift, yang tidak dimiliki oleh Swift.
Dalam hal performa, Jazz menawarkan varian CVT dengan 7 percepatan dan body kit, sementara Swift tidak memiliki fitur serupa. Ini membuat Swift semakin tertinggal.
Soal kenyamanan, Swift terasa sempit dibandingkan pesaingnya. Banyak pengeluhan mengenai ruang belakang yang terbatas, sehingga orang dengan tinggi rata-rata sering merasa kaki mereka terjepit.
Hal ini membuat pengalaman duduk di belakang menjadi kurang nyaman.
Banyak orang beranggapan bahwa suku cadang non-Toyota, termasuk Suzuki, lebih mahal. Meskipun Honda dikenal mahal, ia juga terkenal awet, sedangkan Suzuki dianggap lebih mahal dan kurang tahan lama.
Toyota menawarkan harga terjangkau dan ketahanan baik, membuat konsumen lebih memilih merek yang lebih terjamin.
Selanjutnya pada umumnya orang Indonesia cenderung mempertimbangkan nilai jual kembali sebelum membeli mobil.
Harga jual Honda Jazz atau Toyota Yaris lebih stabil di pasar mobil bekas dibandingkan Suzuki Swift, lebih mudah turun nilainya. Akibatnya, banyak memilih mobil dengan nilai jual kembali yang lebih baik.
Di era tersebut, Suzuki Swift dikenal boros bahan bakar. Meskipun ini mungkin hanya sugesti, Swift memang kadang-kadang lebih boros dibandingkan dengan pesaingnya.
Selain itu, sektor kaki-kakinya juga dikenal lebih lemah, seringkali mengalami masalah kecil yang membutuhkan perbaikan mahal.
Dengan penjualan yang rendah, Suzuki secara diam-diam menghentikan produksi Swift sekitar tahun 2017, dan generasi terbarunya tidak diluncurkan di Indonesia.