Realitasonline.id | Mobil listrik kini naik pamor, sebelumnya dikenal sebagai kendaraan mewah dan mahal. Sering menjadi pertanyaan bagi pengguna otomotif soal begini. Mengapa BYD ditawarkan harga yang lebih murah dibandingkan mobil lainnya?
Sejak tahun 2011, BYD berusaha bersaing di pasar kendaraan listrik (EV) meskipun awalnya dianggap remeh oleh pabrikan besar seperti Tesla. Namun, situasi berubah, dan pada akhir tahun 2023, BYD berhasil melampaui Tesla untuk menjadi produsen EV terbesar di dunia.
Namun, situasi mulai berubah ketika produsen asal China, Wuling, menghadirkan mobil listrik dengan harga terjangkau.
Hal ini membuat banyak orang berbondong-bondong membeli, meskipun kita tidak bisa mengharapkan terlalu banyak dalam hal kenyamanan dan desain dari mobil murah tersebut. Desain mobil seperti Riv, misalnya, mungkin terlihat lucu, tetapi hanya untuk sementara.
Hal ini sejalan dengan perubahan besar terjadi ketika pabrikan Cina, BYD, berdasarkan data penjualan menunjukkan bahwa pada kuartal terakhir 2023.
Perusahaan BYD menjual 2,53 juta unit, berbanding dengan perusahaan ternama Tesla hanya 2,56 juta unit. Meski penjualan disinyalir sebagian besar penjualan BYD terjadi di China, yang menyumbang sekitar 90% dari total penjualan.
Didirikan oleh seorang ahli dari Kia bernama Wang Chuanfu, perusahaan ini mulai memproduksi baterai lithium-ion untuk ponsel ketika tren smartphone mulai meningkat. Mereka sukses besar dengan memasok perusahaan raksasa seperti Motorola dan Nokia.
Namun, Chuanfu sudah tertarik pada teknologi baterai sejak masa kuliah, jadi pada tahun 2003, BYD melangkah ke industri otomotif dengan mengakuisisi Xinjiang Chuan Automobile, menandai awal mula BYD Auto.
Pada tahun 2008, BYD memasuki pasar kendaraan listrik dengan F3DM, mobil hybrid plug-in pertama yang diproduksi secara massal di dunia.
Sayangnya, mobil ini tidak berhasil di pasaran. Meski demikian, investasi sebesar 232 juta dolar AS dari Warren Buffett pada tahun 2008 memicu ambisi BYD dalam industri EV.