otomotif

Dampak Penggunaan Bahan Bakar Oktan Rendah pada Mesin Modern, Jangan Coba-Coba!

Senin, 21 April 2025 | 13:49 WIB
ilustrasi penggunaan bahan bakar (Realitasonline.id - Unsplash-WinYee Chong)


Realitasonline.id | Mesin mobil modern dirancang dengan teknologi canggih untuk meningkatkan efisiensi dan performa, seperti turbocharger, direct injection, atau sistem kompresi tinggi. Namun, teknologi ini membutuhkan bahan bakar dengan oktan sesuai rekomendasi pabrikan.

Sayangnya, masih banyak pengendara yang menggunakan bahan bakar oktan rendah dengan alasan menghemat biaya. Padahal, kebiasaan ini bisa memicu kerusakan serius pada mesin. Simak dampak negatif penggunaan bahan bakar oktan rendah pada kendaraan modern berikut ini.

1. Memicu Knocking dan Kerusakan Komponen Mesin


Knocking atau engine knocking adalah fenomena ledakan tidak terkendali di dalam ruang bakar akibat pembakaran bahan bakar yang tidak sempurna. Mesin modern umumnya memiliki kompresi tinggi untuk meningkatkan tenaga, sehingga memerlukan bahan bakar dengan oktan tinggi yang lebih stabil.

Baca Juga: Tingkatkan Pelayanan Publik, Kantor Pertanahan Padangsidimpuan Dukung Upaya BPN Sumut Lakukan Pendampingan Hukum

 

Bahan bakar oktan rendah mudah terbakar sebelum busi memercikkan api, menyebabkan tekanan berlebihan pada piston, connecting rod, atau silinder. Jika terjadi terus-menerus, komponen tersebut bisa retak, aus, atau bahkan patah.

2. Akumulasi Kerak Karbon pada Ruang Bakar


Pembakaran tidak optimal akibat oktan rendah meninggalkan residu karbon di ruang bakar, katup, atau injector. Kerak ini mengurangi efisiensi pembakaran, menghambat aliran udara-bahan bakar, dan memicu mesin kasar atau tersendat. Pada mesin direct injection, kerak karbon di katup intake bisa memperparah gejala ini karena tidak tercuci oleh aliran bahan bakar. Biaya membersihkan kerak karbon pun tidak murah, terutama jika harus membongkar mesin.

3. Penurunan Performa dan Efisiensi Bahan Bakar


Sistem ECU (Engine Control Unit) pada mobil modern akan mendeteksi knocking dan secara otomatis menunda pengapian (ignition timing) untuk mencegah kerusakan.

Baca Juga: Harapan Baru untuk Penyandang Disabilitas, Pemkab Tapsel Fasilitasi Bantuan Kaki dan Tangan Palsu

 

Sayangnya, penyesuaian ini membuat pembakaran kurang optimal, sehingga tenaga mesin berkurang dan konsumsi bahan bakar justru meningkat. Alih-alih hemat, penggunaan oktan rendah malah membuat boros dalam jangka panjang.

4. Beban Berlebih pada Sistem Emisi


Kerak karbon dan pembakaran tidak sempurna meningkatkan produksi emisi berbahaya seperti nitrogen oxide (NOx) atau hidrokarbon (HC). Partikel ini bisa menyumbat katalis konverter dan sensor O2, yang merupakan komponen kunci untuk memenuhi standar emisi Euro 4 atau Euro 6. Jika rusak, biaya penggantiannya bisa mencapai jutaan rupiah.

Halaman:

Tags

Terkini