Realitasonline.id | Mobil Jepang seperti Honda HR‑V RS kini dijual lebih murah, dari Rp551 juta ke Rp488 juta, strategi jitu lawan mobil China.
Produsen China, seperti Chery, mengakui perang harga berlangsung, namun menganggap itu sebagai kompetisi yang wajar.
Budi Darmawan (Chery Indonesia) bilang Chery beri harga rendah dulu, baru naik setelah pasar stabil & biaya operasional sesuai.
Baca Juga: Hadirkan UAH di Mabesad, Kasad Ajak Prajurit Jadikan Tahun Baru Islam Sebagai Momentum Hijrah
Data Gaikindo Q1 2025: merek China tumbuh 153% YoY, kuasai 10% pasar, sedang mobil Jepang justru turun total -4,7%.
Merek seperti Daihatsu, Honda, Mitsubishi, Suzuki alami penurunan penjualan 20–28% YoY, kecuali Toyota masih tahan banting.
Sales Mei 2025: Toyota, Daihatsu, Isuzu turun 11–25%, sedangkan Wuling & Chery melonjak 72–106%—merek China makin kuat.
Toyota dan Honda angkat bicara: harga kendaraan bukan sekadar besi, tapi servis, sparepart, dan value brand tetap jadi fokus.
Sementara di China, perang harga terus meruncing—dealer tertekan oleh surplus stok, automaker dikabarkan jual di bawah biaya.
Namun produsen China santai karena memiliki skala besar dan strategi digital-first, sementara Jepang lebih mengandalkan jaringan tradisional.
Kesimpulannya, konsumen diuntungkan dengan pilihan lebih variatif; selanjutnya tinggal bagaimana brand mempertahankan kepercayaan di jangka panjang (EF).