Realitasonline.id - Perkembangan teknologi otomotif dalam satu dekade terakhir semakin pesat, terutama dalam hal inovasi kendaraan ramah lingkungan. Dua teknologi yang kini mendominasi perbincangan adalah mobil hybrid dan mobil listrik murni (EV/Electric Vehicle).
Keduanya hadir sebagai jawaban atas masalah polusi udara dan kebutuhan pengurangan emisi karbon dari sektor transportasi. Namun, masih banyak pertanyaan yang muncul di kalangan konsumen: sebenarnya, mana yang lebih ramah lingkungan, mobil hybrid atau EV?
Sekilas tentang Mobil Hybrid dan EV
Sebelum masuk ke pembahasan ramah lingkungan, kita perlu memahami dulu perbedaan mendasar antara keduanya.
Mobil Hybrid: menggunakan kombinasi mesin pembakaran internal (bensin/solar) dengan motor listrik. Saat kecepatan rendah atau kondisi tertentu, mobil dapat menggunakan tenaga listrik, namun mesin bensin tetap aktif saat dibutuhkan, misalnya saat akselerasi atau perjalanan jauh.
Mobil Listrik (EV): sepenuhnya menggunakan baterai dan motor listrik tanpa mesin bensin. Pengisian daya dilakukan melalui charging station, baik di rumah maupun di tempat umum.
Keduanya menawarkan efisiensi yang lebih baik dibandingkan mobil konvensional berbahan bakar fosil, tetapi tingkat ramah lingkungannya tidak sama.
Emisi Karbon: Hybrid vs EV
Jika dilihat dari sisi emisi langsung (tailpipe emission), mobil listrik jelas unggul. EV tidak menghasilkan asap buang karena tidak menggunakan mesin pembakaran. Sementara itu, mobil hybrid masih tetap menghasilkan emisi karena tetap ada mesin bensin di dalamnya.
Namun, perhitungan tidak sesederhana itu. Kita juga harus melihat emisi tidak langsung, yaitu dari proses produksi dan sumber energi yang digunakan. Di Indonesia, sebagian besar listrik masih dihasilkan dari pembangkit berbahan bakar batu bara. Artinya, ketika sebuah EV diisi daya, secara tidak langsung masih ada emisi karbon yang dihasilkan.
Sementara itu, mobil hybrid, meski tetap menghasilkan emisi dari bensin, biasanya lebih hemat bahan bakar hingga 20–30% dibandingkan mobil konvensional. Dengan demikian, untuk perjalanan jauh atau di daerah yang infrastruktur listriknya belum optimal, hybrid bisa menjadi pilihan yang relatif lebih efisien.
Produksi Baterai dan Dampaknya terhadap Lingkungan
Aspek lain yang sering diperdebatkan adalah produksi baterai lithium-ion. Baik mobil hybrid maupun EV menggunakan baterai, namun EV membutuhkan kapasitas baterai yang jauh lebih besar.