“Namun sekarang warga Bali yang tersisa hanya kurang lebih 7 KK saja,” ucap Komang.
Masyarakat Bali yang berada di perkebunan tidak hanya fokus pada pekerjaan mereka, tetapi juga mulai memikirkan bagaimana membentuk hubungan yang lebih baik dengan masyarakat setempat. Mereka menyadari bahwa integrasi yang lebih baik dengan masyarakat perkebunan dapat membantu meningkatkan kesejahteraan mereka dan menciptakan lingkungan yang lebih harmonis.
Untuk mewujudkan hal ini, masyarakat Bali mulai membentuk paguyuban-paguyuban dan organisasi solidaritas seperti “Parisada Hindu Dharma”. Ini adalah bukti nyata bahwa masyarakat Bali memiliki semangat gotong royong dan solidaritas yang kuat. Dengan bergabung dalam organisasi ini, masyarakat Bali dapat saling membantu dan mendukung satu sama lain, baik dalam hal keagamaan maupun sosial. Selain itu, mereka juga dapat memperkuat hubungan dengan masyarakat setempat dan mempererat rasa persaudaraan antar etnis.
Inisiatif yang diambil oleh masyarakat Bali ini patut diapresiasi dan dijadikan contoh bagi masyarakat lainnya. Dengan membangun hubungan yang lebih baik dengan masyarakat setempat, kita dapat menciptakan lingkungan yang lebih harmonis dan damai, serta meningkatkan kesejahteraan bersama.
Masyarakat Bali yang berada di perantauan memiliki keterikatan yang kuat pada unsur-unsur kebudayaan leluhur mereka. Hal ini terlihat dari bagaimana mereka memegang teguh adat istiadat dan ajaran Hindu yang merupakan bagian dari identitas budaya Bali.
Untuk mempertahankan tradisi dan kepercayaan mereka, masyarakat Bali membangun Pura Dharmaraksaka di sekitar rumah mereka. Pura ini menjadi pusat kegiatan keagamaan dan ritual bagi masyarakat Bali yang tinggal di sekitarnya. Meskipun jauh dari tanah kelahiran mereka, mereka masih dapat merayakan budaya dan adat istiadat seperti di Bali bersama sesama masyarakat Bali lainnya.
Tak hanya itu, Pura Dharmaraksaka juga telah menjadi pusat perhatian bagi banyak orang, termasuk wisatawan yang tertarik untuk belajar tentang budaya Bali dan ajaran Hindu. Destinasi wisata ini menawarkan pengalaman yang autentik bagi wisatawan yang ingin merasakan suasana keagamaan dan budaya Bali yang asli. Inisiatif masyarakat Bali untuk membangun Pura Dharmaraksaka adalah sebuah contoh nyata bagaimana kita dapat mempertahankan budaya dan tradisi leluhur kita, meskipun jauh dari tanah kelahiran. Selain itu, hal ini juga dapat menjadi potensi wisata yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar.
“Kegiatan yang kita sering dilakukan yaitu, 25 hari menjelang hari raya Galungan. Nanti berdatangan masyarakat Hindu Bali yang berasal dari Kota Medan, Siantar, Aek Kenopan, dan Binjai, saat perayaan itu," tambah Komang.
Kehadiran kampung Bali di tengah-tengah masyarakat Pegajahan menjadi bukti nyata bagaimana keberagaman suku dan budaya dapat menjadi kekuatan untuk saling menghargai dan saling bertoleransi. Meskipun masyarakat etnis Bali merupakan kelompok pendatang, mereka telah mampu hidup rukun dan damai selama bertahun-tahun dengan masyarakat setempat yang berasal dari berbagai suku dan budaya seperti suku Jawa, Batak, Melayu, dan lain sebagainya.