Belum lagi, beberapa riol pembuangan air dari kota Tarutung ke sungai Sigeaon yang ada dibeberapa titik dibawah badan jalan Diponegoro Tarutung (sebutan tanggul-red) telah mengalami kerusakan.
Kerusakan ini disebabkan, aliran air dari riol tidak lagi langsung ke dasar sungai akibat daratan yang timbul dipinggiran sungai. Keadaan ini dimungkinkan membuat erosi dibawah badan jalan. Satu bukti, riol yang ada didekat kantor PDAM Mual Natio ambruk, dan bila dicermari sebagian tanah dibawah jalan beraspal sudah erosi.Bila ini kerusakan ini tidak segera ditanggulangi, dikuatirkan badan jalan bisa ambruk.
Bukan itu saja, terpantau diseputaran ruas jalan Diponegoro (tanggul sungai), dua buah riol yang diperbaiki tahun bisa mungkin mengalami erosi dibawah badan jalan. Terpantau badan jalan diatas riol sudah bergelombang.
Gencarnya sorotan terhadap penggalian pasir dari Sungai Sigeaon Sipoholon-Tarutung, nampaknya tidak berarti. Sungai yang menjadi gawenya pihak provinsi Sumut ini, menjadi lahan mencari keuntungan bagi penambang ilegal.
Pihak pemerintah Tapanuli Utara melalui Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP), sewaktu-waktu memang melakukan razia dengan mengamankan mesin penyedot.
Selain tindakan razia yang dilakukan Sat Pol PP, pernah juga pihak kepolisian Tapanuli Utara, melakukan penangkapan terhadap armada pengangkut pasir yang diduga keras sumber pasir dari sungai Sigeaon.Bahkan mencapai kurang lebih 8 unit truk pengangkut pasir yang sempat ditahan untuk beberapa jangka waktu tertentu sudah lepas.
Bagi penambang liar, tindakan yang dilakukan oleh Sat Pol PP dan aparat Kepolisian tidak pengaruh, mereka kembali melakukan aktivitas dengan membeli mesin penyedot baru dan truk pengangkut pasir kembali beroperasi hingga kini.
