Sedangkan pada kalender Hijriyah sistem penanggalannya digunakan bagi umat Islam di seluruh dunia tentang peredaran bulan.
Baca Juga: Aturan Baru Model Seragam Sekolah Terbaru Tahun 2023, Orang Tua dan Siswa Harus Tahu
Sistem tersebut pun disebut dengan kalender qomariah.
Penanggalan dari kalender Hijriyah ini gunakan oleh pemerintah masa Umar bin Khattab. Sistem penanggalan itu berpacu tentang peristiwa hijrah umat Islam dari Mekah ke Madinah pada 622 M.
Awal mula Hijriyah bukan pada saat rabiul awal ataupun Muharram. Seperti dikutip dari NU online bahwa Imam Ibnu Hajar dalam Fathul Bari menyebutkan alasan Muharram sebagai awal bulan karena bulan tersebut umat Islam memulai tekad dalam melaksanakan hijrah ke Madinah.
Perjanjian tersebut dilakukan di pertengahan Dzulhijjah, sedangkan pada hilal pertama tampak salah setelah perjanjian dan bertekad untuk hijrah tersebut jatuh pada Muharram Hal itulah mengapa awal tahun baru Islam dimulai bulan Muharram.
Secara global, bahwa persamaan dari kalender Hijriyah dan Jawa terletak pada sistem perhitungan yang digunakannya.
Dari kedua kalender tersebut perhitungannya didasarkan dari pergerakan bulan kemudian kalender Jawa dan Hijriyah sama-sama memiliki 12 bulan dalam satu tahun.
Baca Juga: Coco Lee Pengisi Suara 'Mulan' Versi Mandarin Diduga Meninggal Bunuh Diri, Begini Faktanya
Perbedaan dari kalender Jawa dan Hijriyah dilihat dari penomoran tahun, nama bulan, jumlah hari dalam sebulan, perbedaan setiap 120 tahun.
Pada penomoran tahun pada kalender Jawa tetap meneruskan kalender saka yang mana pada penanggalannya dimulai sejak tahun 78 Masehi.
Sementara, dari penomoran kalender Hijriyah dimulai saat hijrahnya Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam dari Mekah ke Madinah pada tahun 622 Masehi.
Maka dari itu, penomoran pada tahun kalender Jawa saat ini tahun 1956 J, sedangkan untuk kalender Hijriyah 1444 H.