Tidak jelas darimana asal-muasal tradisi menyiapkan uang baru di musim lebaran 2023. Namun diduga tradisi ini sejalan dengan tradisi memakai baju baru di musim lebaran 2023.
Kalau dicari benang merah tradisi uang baru di musim lebaran 2023 mungkin berkaitan dengan kesucian dan kebersihan orang yang berpuasa di hari yang fitri atau lebaran. Sehingga apapun yang melekat kepada mereka yang merayakan Idulfitri 1444 Hijriah tersebut diupayakan baru termasuk tradisi uang baru.
Secara alamiah memang hampir semua kalangan di hari lebaran itu mempersiapkan uang baru. Berbagai macam cara dilakukan mulai dari yang normal sampai yang abnormal dalam arti berbagai cara. Ada yang datang ke bank melakukan pemesanan, ada yang siap antrian di titik-titik bank berjalan bahkan ada yang rela mendatangi pasar gelap di jalanan dengan memberikan insentif suka sama suka demi mendapatkan uang baru.
Baca Juga: Polres Pelabuhan Belawan Berhasil Ungkap Berbagai Kasus, Salah Satunya Rudapaksa Anak Di Bawah Umur
Apakah tradisi uang baru di musim lebaran juga menjadi tradisi di negara-negara berpenduduk muslim. Tidak ada data yang pasti dan bagaimana pula pandangan Islam. Dalam Islam, pada konteks uang baru di musim lebaran, selama tidak ada dalil yang melarang maka hukumnya boleh.
Disandarkan ke Imam Syafi’i ra., mengatakan: "Al-Ashlu Fi al-Asyya’ al-Ibahah Hatta Yadullu ‘Ala Tahrimiha”, artinya: Hukum asal sesuatu itu boleh sampai ada dalil yang melarangnya. Sampai saat ini menyiapkan uang baru di musim lebaran tidak dilarang. Lalu apa kira-kira makna filosofi tradisi uang baru di musim lebaran.
Pertama, watak asli Indonesia ramah dan suka berbagi. Rakyat Indonesia secara historis dan kultural sangat dekat dengan ajaran agama. Rakyat Indonesia juga terkenal dengan warisan budaya leluhur sehingga dalam hal ini terjadi akulturasi antara budaya Indonesia dan ajaran agama. Akulturasi tersebut melahirkan watak dan sikap masyarakat Indonesia yang suka berbagi.
Baca Juga: Ramadhan 1444 H Berakhir, Klub Sepak Bola Ratu FC All Star Resmi Dibubarkan
Tidak sulit menemukan kearifan lokal di Indonesia yang mengajarkan kebersamaan dan kekompakan. Lihatlah tradisi gotong royong, pada tradisi jawa disebut Sinoman, Nganggung dalam tradisi Bangka, Marsialapari dan Martahi di Tapanuli, Rambu Solo di Toraja dan Ngayah di Bali.
Seperti ungkapan kegotongroyongan di atas, tradisi uang baru di musim lebaran mengungkapkan “oh” ternyata orang Indonesia itu manakala dia memiliki kelebihan maka pikirannnya “Bagaimana Agar Aku Bisa Berbagi, Sedekah Atau Apa Namanya”. Makanya tidak heran kebiasaan memberi uang baru di musim lebaran bukan hanya tradisi kalangan atas yang behave secara ekonomi tetapi juga bagi masyarakat biasa mengupayakan berbagi uang baru di musim lenbaran tentu sesuai ukurannya.
Kebiasaann berbagi masyarakat Indonesia ini perlu dirawat dan dilestarikan. Maka alhamdulillah setiap musim lebaran pemerintah hadir menyiapkan uang baru dan didistribusikan kepada masyarakat yang membutuhkan. Tradisi berbagi uang baru dimusim lebaran dan kebiasaan memberi akan merawat dan menyuburkan sila ketiga persatuan Indonesia.
Baca Juga: Sholat Idul Fitri di Pulau Rakyat Asahan, UHa: Kita Semua Pasti Mudik ke Haribaan Allah SWT
Kedua, uang baru semangat baru. Pasca Ramadhan bagi orang yang menjalaninya diharapkan memiliki semangat baru. Semangat baru yang mengarah kepada terbentuknya mental dan prilaku yang lebih positif bermanfaat bukan saja bagi pribadinya akan tetapi juga bagi masyarakat, agama bangsa dan negara. Dengan semangat baru setiap pribadi haruslah meningkatkan kualitas dan kuantitas karyanya sehingga kehadirannya benar bermanfaat.
Rasulullah Saw mengatakan: “Khoirunnas Anfa’uhum Linnaas”, artinya: “sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lain” (H.R. Thabrani dan Daruqhuthni).
Ketiga, hati-hati fenomena Show Off alias Pamer. Berbagi uang baru di musim lebaran karena motivasi sedekah dan kebersamaan serta menunjukkan semangat baru merupakan tindakan positif. Namun jika berbagi uang motivasinya kesombongan alias pamer maka sangat disayangkan dan tinggalkanlah.