Suara yang penuh kesedihan ini menggambarkan betapa beratnya tekanan yang ia hadapi selama menjalani pendidikan di PPDS Undip.
Setelah kepergian Aulia, sang ayah, Moh Fakhruri, juga mengalami kesedihan yang mendalam dan meninggal dunia 16 hari setelah penguburan putrinya.
Hal ini menunjukkan betapa besar dampak dari kasus bullying dan pemalakan yang terjadi di lingkungan kedokteran ini, tidak hanya bagi korban tetapi juga bagi keluarganya.
Sebelumnya, pihak Undip sendiri membantah adanya perundungan yang menyebabkan Aulia nekat bunuh diri. Rektor Undip, Prof Dr Suharnomo, menyatakan bahwa Aulia adalah mahasiswi yang berdedikasi, namun tidak menjelaskan secara detail mengenai masalah kesehatan yang dialaminya.
"Kami tidak dapat menyampaikan detail masalah kesehatan yang dialami selama proses pendidikan," kata Suharnomo.
Kasus ini menyisakan banyak pertanyaan dan harapan agar kejadian serupa tidak terulang di masa depan.
Dengan adanya investigasi yang sedang berlangsung, diharapkan akan ada kejelasan dan tindakan tegas terhadap praktik bullying dan pemalakan yang terjadi di lingkungan pendidikan kedokteran, khususnya di PPDS Undip.