Sementara, alumni yang berprofesi sebagai pemilik usaha menyatakan ide dan pekerjaan akan selalu datang dari kemampuannya menawarkan solusi tentang masalah yang dihadapi oleh klien atau konsumennya.
Baca Juga: Lestarikan Budaya Ala Warga Desa di Deliserdang Lewat Sanggar Tari Siswo Langgeng Budoyo
Namun, yang menarik adalah alumni yang bekerja sebagai pekerja lepas yang menjelaskan mereka bekerja dengan waktu yang cukup ketat dan sering menerima lebih dari satu klien atau konsumen dalam waktu yang bersamaan.
Jenis pekerja lepas yang disampaikan terakhir sekarang ini disebut sebagai fenemona gig economy yang sedang terjadi di dunia industri karena kemajuan teknologi digital.
Lebih adaptif, tidak membutuhkan proses administrasi yang panjang, performance oriented dan penghasilan yang menarik.
Gig economy menjadi terminology dari jenis pekerjaan yang terus berkembang di era disrupsi, kemajuan teknologi digital dan menguatnya isu lingkungan.
Fenomena gig economy ini harus mulai disikapi serius agar dampak negatifnya bisa diantisipasi sedini mungkin.
Kita bisa memulainya dengan mengajukan pertanyaan apa yang dimaksud gig economy dan bagaimana kita sebagai manusia produktif menghadapinya?
Terutama bagi kita semua para wisudawan USU dan para orang tua yang hadir hari ini untuk merespon fenomena gig economy ini, pesan Rektor Prof Muryanto Amin.
Gig economy, ujar Rektor USU, memiliki banyak manfaat karena pemberi kerja akan mencari akses keberbagai macam talenta pembelajar tangguh yang dapat mereka pekerjakan.
Ketika pemberi kerja tidak memilih atau mencari pekerja penuh waktu, mereka dapat merekrut pekerja dari sector gig economy.
Pelajaran pentingnya adalah biasakan diri para wisudawan USU untuk terus memiliki talenta berpikir sistematik dan kritis sebagai pembelajar tangguh.
Tidak perlu mempersoalkan dampak negative munculnya fenomena gig economy, karena akan merugikan kita sendiri.