Oleh: Dr Siti Zahara Nasution SKp MNS dan Ria Apriliani Waruwu SKep Ns
(Program Studi Magister Ilmu Keperawatan)
Diabetes dan gula darah tinggi sering menyebabkan luka pada kaki, yang dapat disebabkan oleh infeksi atau kerusakan jaringan.
Pada penderita luka diabetes, mereka sering tidak mengalami gejala apa pun.
Sebaliknya, mereka biasanya mengetahui jika luka itu membesar dan membau, sehingga sulit disembuhkan dan berisiko mengalami amputasi.
Luka diabetes ada dua tipe, basah dan kering. Luka diabetes basah atau diabetes tipe 2 ditandai dengan luka yang membusuk, bernanah, berbau dan luka ini sering disebabkan karena infeksi.
Sedangkan luka diabetes kering atau diabetes tipe 1 ditandai dengan bagian kaki yang menghitam seperti arang dan tidak berasa.
Baca Juga: Terima Penghargaan Penyaluran Dana Desa Terbaik Bupati Asahan Akan Tingkatkan Kinerja
Biasanya luka pada penderita diabetes kering disebabkan karena menyempitnya aliran darah ke kaki.
Menurut Fatmawaty Desi (2019), salah satu penyebab luka diabetes adalah neuropati, yang terjadi karena kerusakan saraf yang disebabkan oleh diabetes.
Neuropati yang dirasakan seperti rasa kebas, kesemutan, dan panas pada tungkai dan kaki penderita diabetes.
Diabetes yang bertahan lama dapat menyebabkan kerusakan pada sirkulasi darah, saraf, mata, jantung, ginjal, dan lebih banyak lagi (American Diabetes Association, 2020).
Sebuah laporan tahun 2021 dari International Diabetes Federation (IDF) menyatakan bahwa 577 juta orang dewasa, atau 1 dari 10 orang, hidup dengan diabetes di seluruh dunia. Diabetes juga menyebabkan 6,7 juta kematian, atau satu kematian setiap lima detik.
Baca Juga: Berkah Ikut UMKM EXPO(RT) BRILIANPRENEUR 2023, Vinto Craft Peroleh Kontrak Ekspor 3000 Unit ke Qatar
Indonesia berada di posisi kelima dengan 19,47 juta pengidap diabetes, dengan jumlah penduduk 179,72 juta orang, dengan prevalensi 10,6%.
Secara keseluruhan, pengidap diabetes di Indonesia didominasi oleh perempuan dengan 63,5%, sedangkan laki-laki hanya 36,5%. Prevalensi luka kaki diabetik di Indonesia sekitar 15% dan amputasi 30%, dengan angka mortalitas sekitar 30%.(Riskesdas, 2018)