Opini Sunarji Harahap: Membudayakan Literasi Ekonomi Keuangan

photo author
- Sabtu, 7 September 2024 | 07:47 WIB
Sunarji Harahap
Sunarji Harahap

 

Baca Juga: Yudisium FEBI UIN Sumut: Iin Prasetyo Staf Redaksi Realitas Online Jadi Wisudawan Berprestasi

 

Munculnya kelangkaan mendorong berbagai permasalahan dalam memilih secara tepat untuk mencapai suatu tujuan yang dinamakan kesejahteraan. Untuk memilih secara cerdas, jelas membutuhkan literasi ekonomi karena pada prinsipnya literasi ekonomi merupakan alat dan bukan tujuan yang hendak dicapai.

Karena alat, literasi ekonomi secara eksplisit dapat dipelajari dan dikembangkan demi mencapai tujuan yaitu kesejahteraan, dan mendapatkan kesejahteraan. Makna kemampuan (ability) mengindikasikan bahwa pemahaman literasi ekonomi dihasilkan melalui proses belajar yang berkesinambungan sehingga dapat dikatakan bahwa literasi keuangan merupakan bagian juga literasi ekonomi.

 

Tidak terjebak ke dalam keyakinan bahwa “anda adalah apa yang anda kendarai”. Mengeluarkan uang untuk membeli kendaraan dengan mempertimbangkan benefit dan biayanya. Dengan kata lain, menikmati hidup namun tidak melupakan memiliki aset untuk fungsi berjaga-jaga. Tidak bermasalah dengan utang. Mengajari anak untuk meningkatkan literasi keuangan, sehingga tidak mengulangi pola yang sama dengan orang tuanya.

Tidak terjadi kekacauan finansial. Pendapatan tidak hanya untuk konsumsi saat ini, atau tidak merampok keuangan masa depan untuk dibelanjakan saat ini. Tidak bermain “suatu hari nanti” dengan masa pensiun anda. Relatif tidak berpersepsi bahwa masa pensiun akan ada yang menanggung biaya, seperti pemerintah, sanak saudara, atau mungkin anak-anak. Hal ini akan berefek pada mengurangi kemalasan atau bahkan mulai peduli untuk segera membangun aset.

 

Literasi ekonomi penting untuk membuat keputusan tentang bagaimana berinvestasi yang tepat, berapa banyak meminjam yang tepat di pasar uang, dan bagaimana memahami konsekuensi atas stabilitas keseluruhan ekonomi. Aspek aset yaitu literasi ekonomi menjadi penting karena produk-produk keuangan telah menjadi sangat kompleks.

Bahkan untuk produk yang sederhana seperti tabungan dan obligasi pemerintah. Hal ini terjadi karena biasanya ada beberapa pilihan (option) dan beberapa kontrak-kontrak yang berbeda yang kadangkala membuat seseorang terkecoh ketika menganalisisnya.

Lebih jauh, telah terjadi inovasi pada pasar keuangan dan deregulasi yang mendorong produk-produk keuangan menjadi meningkat dan perlu pendekatan analisis yang cukup komplek, dan hal ini juga mencakup bagaimana seseorang membuat tabungan pensiun yang tidak mengalami kekeliruan.

Baca Juga: Iin Prasetyo News Editor Realitas Online Berikan Kelas ke Kru CRNTV UIN Sumut, Begini Cara Menulis Copywriting

Selain itu juga bahwa rendahnya literasi ekonomi memiliki dampak pada diversifikasi produk yang buruk dan hal ini membawa akibat pada perolehan return investasi yang tidak menguntungkan. Kemampuan kognitif merupakan faktor yang menentukan pembuatan keputusan investasi. Maksudnya adalah kemampuan mengolah informasi dan pemanfaatan informasi menjadi signifikan dibutuhkan, dan hal inilah yang dapat menjadi kelemahan investor. Untuk itu perlu adanya upaya berkesinambungan mengasah kemampuan kognitif yang diarahkan pada akumulasi pengertian dasar-dasar keuangan dan ekonomi.

 

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Iin Prasetyo

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

Kota Medan Kirim 5 Armada Damkar ke Aceh Tamiang

Sabtu, 20 Desember 2025 | 15:43 WIB

UMP Sumut 2026 Naik 7,9 Persen Kini jadi Rp3.228.971

Jumat, 19 Desember 2025 | 19:07 WIB
X