TPST USU Bangun Gerakan Zero Waste dari Kampus: Mengolah Sampah, Tumbuhkan Harapan

photo author
- Rabu, 27 Agustus 2025 | 13:10 WIB
TPST USU mengolah sampah, wujudkan kampus zero waste. (Realitasonline.id/Dok)
TPST USU mengolah sampah, wujudkan kampus zero waste. (Realitasonline.id/Dok)

Pilot Project Empat Fakultas
Langkah awal untuk pilot project dilakukan di 4 fakultas, yakni fakultas ilmu sosial dan ilmu politik, fakultas teknik, fakultas kedokteran dan fakultas psikologi, serta biro rektor.

Baca Juga: Heboh Kemunculan Beruang Madu di Pemukiman Warga di Palas

Tempat sampah tiga serangkai dengan tiga warna mencolok (merah, kuning, hijau) dipasang di titik-titik strategis untuk pemilahan awal sampah organik, anorganik, dan residu/bahan berbahaya dan beracun.

Alur pengelolaan pun dirancang ketat, yang dimulai dari pengangkutan sesuai jenis, pemilahan, pencacahan, lalu diolah menjadi produk-produk bernilai.
Sampah plastik diproses melalui pirolisis menjadi solar dan bensin. Sampah organik, termasuk daun dan ranting, diubah menjadi kompos atau Refuse-Derived Fuel (RDF).

Sementara sisa makanan, diolah menjadi pakan maggot (larva lalat Black Soldier Fly) yang kemudian menjadi “aktor utama” dalam siklus ini.

Baca Juga: Bupati Safaruddin Kecewa Asrama Mahasiswa Abdya di Banda Aceh Kotor

Maggot: Dari Limbah Jadi Emas Putih
Di balik ruang TPST, Zaid memperlihatkan sekotak besar maggot yang menyelimuti dan rakus melahap sisa makanan. Pemandangan yang bagi sebagian orang menjijikkan, justru menyimpan harapan besar.

“Maggot ini pengurai ulung, sekaligus sumber protein. Setelah dewasa, bisa dijual untuk pakan ayam, bebek, hingga ikan.

Produk turunan seperti tepung maggot atau pelet pakan sangat diminati, bahkan pasarnya sudah tembus internasional,” jelas Zaid.

Baca Juga: Rico Waas Kunjungi SD 060831, Seorang Siswa Ungkap Cita-Cita Ingin Jadi Wali Kota

Harga maggot pun diklaim cukup menggiurkan. Maggot basah dijual Rp5.000–10.000 per kilo, maggot kering Rp75.000/kg, dan kualitas ekspor bisa menembus Rp100.000/kg.

Dari tiga kilo maggot basah, dapat dihasilkan satu kilo maggot kering. Di luar negeri, tren konsumsi maggot untuk pangan manusia bahkan mulai tumbuh, menjadikannya “emas putih” bernilai tinggi.

Fasilitas TPST USU kini dilengkapi conveyor belt, mesin cacah plastik, mesin pengering maggot, hingga mesin pelet pakan.

Baca Juga: Zakiyuddin Apresiasi Peran Reaksi Dalam Penanggulangan Bencana, Singgung Masalah Banjir

Semua ini mendukung konsep circular economy: sampah bukan lagi limbah, melainkan sumber daya baru.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Ayu Kesuma Ningtyas

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

Kota Medan Kirim 5 Armada Damkar ke Aceh Tamiang

Sabtu, 20 Desember 2025 | 15:43 WIB

UMP Sumut 2026 Naik 7,9 Persen Kini jadi Rp3.228.971

Jumat, 19 Desember 2025 | 19:07 WIB
X