Ketika Hujan Turun, Nyamuk Bangkit: Medan Bersiap Menghadapi Gelombang DBD

photo author
- Selasa, 9 Desember 2025 | 08:19 WIB
Oasena Melliany, S.Kep.,Ns. (Realitasonline.id/Dok)
Oasena Melliany, S.Kep.,Ns. (Realitasonline.id/Dok)

Oleh: Dr. Siti Zahara Nasution, S.Kp., MNS.& Oasena Melliany, S.Kep.,Ns.
(Program Studi Magister Ilmu Keperawatan F.Kep. USU)

Realitasonline.id - Hujan yang sejak awal November mengguyur Kota Medan membawa kesejukan bagi sebagian orang. Namun bagi tenaga kesehatan, suara rintik yang jatuh ke genting rumah justru menjadi peringatan dini. Setiap genangan kecil, setiap wadah yang terisi air hujan, hingga sampah plastik yang berserakan di pinggir jalan, semuanya bisa berubah menjadi sarang nyaman bagi Aedes aegypti nyamuk pembawa Demam Berdarah Dengue (DBD).

Tahun ini, curah hujan yang tinggi diikuti dengan banjir di beberapa titik Medan seperti Medan Johor, Marelan, dan Medan Maimun. Banjir ini tidak hanya merendam rumah dan jalan, tetapi juga meninggalkan masalah baru yang jauh lebih kecil dari mata manusia: ribuan titik air bersih sisa banjir yang menjadi “inkubator alami” bagi nyamuk DBD.

Tenaga kesehatan di puskesmas dan mahasiswa keperawatan yang sedang praktik lapangan langsung merasakan dampaknya. Setiap hari, laporan warga tentang demam tinggi mulai meningkat. “Setelah banjir surut, biasanya jentik nyamuk makin mudah ditemukan,” ujar seorang petugas puskesmas di Medan Area. Pernyataan
ini bukan sekadar teori, melainkan pola yang telah berulang selama bertahun-tahun.

Baca Juga: KEPERAWATAN: ILMU YANG TIDAK LAGI BERDIRI DI BAYANG-BAYANG MEDIS

Musim Hujan, Musim DBD

Setiap musim penghujan, kasus DBD di Medan cenderung meningkat, terutama pada Desember hingga Februari. Dalam ruang kelas, mahasiswa keperawatan mempelajari
hal ini melalui proses analisis data. Tetapi di lapangan, mereka melihat
sendiri bagaimana sebuah genangan kecil yang tertinggal dari banjir bisa menjadi awal dari rantai penularan yang panjang. “Nyamuk tidak memilih tempat mewah atau tempat kumuh,” ungkap seorang perawat senior. “Selama ada genangan, di sanalah ia berkembang.” Kalimat sederhana ini menjadi pelajaran penting: memahami
lingkungan sama pentingnya dengan memahami penyakit.

Lebih dari Sekadar Fogging

Selama ini, sebagian besar masyarakat percaya bahwa fogging adalah langkah utama mencegah DBD. Namun tenaga kesehatan belajar hal yang berbeda. Fogging hanya
membunuh nyamuk dewasa—bukan telur dan larva yang tersembunyi di
balik tumpukan sampah atau sisa air banjir.

Yang justru lebih efektif adalah tindakan sederhana:

❖ Menguras tempat penampungan air

❖ Menutup drum, ember, atau toren

❖ Mengubur barang bekas pasca banjir

❖ Membersihkan saluran air yang tersumbat

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Ayu Kesuma Ningtyas

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

Kota Medan Kirim 5 Armada Damkar ke Aceh Tamiang

Sabtu, 20 Desember 2025 | 15:43 WIB

UMP Sumut 2026 Naik 7,9 Persen Kini jadi Rp3.228.971

Jumat, 19 Desember 2025 | 19:07 WIB
X