medan

Opini Sunarji Harahap: Membudayakan Literasi Ekonomi Keuangan

Sabtu, 7 September 2024 | 07:47 WIB
Sunarji Harahap

 

 

Realitasonline.id | Tepat pada tanggal 8 September 2024 diperingati hari literasi nasional bahkan sedunia. Literasi ekonomi sangat penting dipelajari semua negara untuk mempersiapkan masyarakat dalam menghadapi sistem keuangan yang sealu berubah. Masyarakat akan membutuhkan pemahaman yang lebih ekonomis untuk berpartisipasi secara aktif dalam ekonomi global yang cenderung berubah. Rendahnya literasi ekonomi akan berdampak pada sikap konsumtif pada masyarakat.

Indikasi lainnya dari rendahnya literasi ekonomi adalah banyak kasus dan korban penipuan berbalut investasi, termasuk kasus yang terakhir yakni kasus Antaboga-Century. Fenomena lainnya adalah rendahnya spirit masyarakat Indonesia untuk menabung dan kebiasaan belanja yang berlebihan sehingga sulit untuk menjadi konsumen yang cerdas. Dengan menjadi konsumen yang takluk pada hasrat untuk berbelanja secara berlebihan hanya akan menjadikan siklus hidup menjadi semakin jauh dari pencapaian yang diharapkan.

Manfaat mempelajari literasi ekonomi yakni memahami pengaruh inflasi pada nilai tukar uang, menjadi penabung, investor, serta menjadi investor yang lebih cerdas, dan yang terutama adalah bagaimana literasi ekonomi dapat memfasilitasi interaksi antara manfaat-manfaat apabila meningkatkan literasi ekonomi dan orang yang cerdas dalam mengelola keuangannya akan tampak dari perilaku yang tidak mengandalkan pada suatu hari nanti yang menyesatkan. Tidak menunda-nunda untuk segera membangun aset dan remanjemen keuangan, tepatnya penerimaan dan pengeluaran per periode waktu tertentu.

 

Baca Juga: Opini Marudut Nainggolan: Dukungan Para Tokoh di Pusaran Pilkada 2024 Taput

 

Tidak menunggu hari hujan sebelum sadar bahwa anda tidak memiliki payung. Masa depan keuangan tidaklah pasti karena sulit untuk memprediksi secara tepat, seperti biaya-biaya tidak terduga atau tidak diantisipasi. Oleh karena itu segerahlah membangun aset keuangan. Tidak melakukan aktivitas belanja barang-barang tanpa ada kontrol dan sadar jika berbelanja menggunakan kartu kredit serta tidak memiliki utang yang berlebihan, sehingga mengganggu keseimbangan pendapatan saat ini dan di masa yang akan datang.

 

Pada tahun 2023, tingkat inklusi keuangan di Indonesia tercatat sebesar 88,7%, atau lebih tinggi dari tahun 2022 yang sebesar 85,1%. Capaian tersebut juga lebih tinggi sebesar 0,7 poin persentase dari target yang ditetapkan untuk tahun 2023 yakni sebesar 88%. Capaian ini merupakan hasil dari kolaborasi dan sinergi program yang kuat di antara Kementerian/Lembaga, Bank Indonesia, OJK serta mitra pembangunan Pemerintah.

 

Peningkatan keuangan inklusif nasional didorong dengan capaian tiga indikator utama berupa jangkauan akses, penggunaan produk keuangan, dan kualitas yang secara umum juga mengalami peningkatan signifikan. Hingga saat ini telah terdapat 53,9 juta rekening pelajar, 150,7 juta akun uang elektronik, dan 30 juta merchant QRIS.

 

Baca Juga: Opini: Talbiyah Politik Cak Imin, Mengkritik Haji Demi Kursi Menteri

Halaman:

Tags

Terkini

Kota Medan Kirim 5 Armada Damkar ke Aceh Tamiang

Sabtu, 20 Desember 2025 | 15:43 WIB

UMP Sumut 2026 Naik 7,9 Persen Kini jadi Rp3.228.971

Jumat, 19 Desember 2025 | 19:07 WIB