Bahaya! Jika Anak Anda Sering-sering Nonton Film Sadis Tumbuhkan Sifat Psikopatik Pada Dirinya

photo author
- Kamis, 25 Januari 2024 | 21:45 WIB
Anak belajar dengan cara meniru dari apa yang mereka lihat dari interaksi sosial. Pasalnya sejak lahir, jaringan otak yang mendukung pembelajaran interaktif sudah mulai berkembang.
Anak belajar dengan cara meniru dari apa yang mereka lihat dari interaksi sosial. Pasalnya sejak lahir, jaringan otak yang mendukung pembelajaran interaktif sudah mulai berkembang.

Dan tayangan televisi yang berbau kekerasan dapat tumbuh menjadi sosok anak yang sulit berkonsentrasi dan kurang perhatian pada lingkungan sekitar.

Studi lain yang dilakukan oleh Anderson tahun 2012 juga menunjukkan bahwa anak-anak yang menonton film kekerasan lebih cenderung memandang dunia sebagai tempat yang kurang simpatik, berbahaya, dan menakutkan.

Anggapan negatif terhadap dunia luar ini lama-kelamaan dapat menumbuhkan sikap dan kepribadian agresif pada anak.

“Anak yang gemar menonton acara-acara sadis di televisi cenderung menunjukkan perilaku sadis di masa depan, sementara orang-orang yang terlalu sering menonton TV cenderung memiliki perilaku buruk nantinya,” ujar para peneliti dari University of Otaga di New Zealand, berdasarkan hasil studi yang diterbitkan di jurnal Pediatric.

Para peneliti menemukan bahwa anak yang lebih sering menonton TV akan melakukan tindakan kriminal saat dewasa.

Faktanya, setiap jam yang dihabiskan anak untuk menonton TV di malam hari, risiko mereka melakukan perbuatan kriminal akan meningkat sebesar 30 persen.

Penelitian ini dilaksanakan pada 1,000 anak yang lahir pada tahun 1972 sampai 1973 di kota Dunedin, New Zealand.

Saat berusia lima tahun, anak-anak mulai diwawancarai mengenai kebiasaan menonton TV mereka setiap 2 tahun sekali.

Peneliti lalu membandingkan informasi yang telah mereka dapat dengan rekor kriminal partisipan pada umur 17-26 tahun, termasuk perampokan bersenjata, pembunuhan, serangan yang membahayakan, pemerkosaan, menyerang orang dengan binatang, dan vandalisme dengan kekerasan telah dicatat secara terpisah.

Para peneliti menemukan adanya kemiripan pada sikap agresif, antisosial, dan emosi negatif pada partisipan yang sama pada umur 21-26 tahun.

Sifat antisosial, atau yang sering disebut dengan “sosiopat” atau “psikopat” adalah sebuah kondisi gangguan mental di mana seseorang tidak dapat merasakan empati terhadap sekitarnya.

Dan sering dikaitkan dengan sikap manipulatif dan bertentangan dengan hukum seperti compulsive liar (berbohong terus menerus tanpa disadari), mencuri, merusak properti, dan kekerasan.

Individu pengidap psikopati tidak memiliki rasa penyesalan dan bersalah atas perbuatannya terhadap orang lain, juga rasa tanggung jawab yang hampir nol besar.***

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Cut Yuliati

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

ATR/BPN Permudah Masyarakat Cek PPAT Digital

Jumat, 19 Desember 2025 | 19:17 WIB
X