Untuk menghindari risiko ini sebaiknya berikan bantuan dengan tanpa mengharapkan balasan.
Dengan demikian kamu tidak berharap balasan yang justru bisa membuat kekecewaan. Jangan penuhi dirimu dengan harapan atau imbalan yang tidak realistis terhadap orang lain.
Baca Juga: Tiap Hari Ceritanya MBTI, Sudah Tahu Kepribadian Kamu Apa? Buruan Klik di sini
2.Kebijakan akal dan budi
Bertindak baik adalah nilai positif tetapi menjadi terlalu baik bisa membuat orang bergantung kepada kita tanpa dukungan yang setara.
Para stoik menekankan perlunya keseimbangan dalam memberi kebaikan pada orang lain.
Berlatihlah sesuai kebajikan dan akal budi yaitu memberi tanpa mengharapkan imbalan yang sepadan.
3.Kekuatan Batin
Stoikisme menekankan pentingnya membentuk kekuatan batin dan pengendalian diri memastikan bahwa kebaikan dilakukan dengan keseimbangan dan bijaksana.
Dengan menerapkan strategi stoikisme ini, kita dapat tetap menjadi orang yang baik dan penuh kasih tanpa mengorbankan kesejahteraan pribadi atau menjadi rentan terhadap dimanfaatkan oleh orang lain.
Jangan lupa untuk berhati-hati dengan kebaikan yang berlebihan dan tetap menjaga keseimbangan dalam memberi dan menerima.
Baca Juga: 6 Bahasa Tubuh yang Pantang Dilakukan Orang Pintar Saat Mengobrol
Bedakan antara bersikap baik dengan terlalu baik. Ada 8 bahaya menjadi orang yang terlalu baik yaitu:
1. Risiko Kesehatan Mental dan Fisik
Kebaikan yang berlebihan dapat menyebabkan stres dan kelelahan karena terus-menerus memberikan tanpa menerima. Hal ini bisa memicu kelelahan mental.
2. Ketidakseimbangan dalam hubungan
Terlalu baik bisa menciptakan ketidakseimbangan dalam hubungan, dimana orang lain bergantung pada kita tanpa memberikan dukungan yang setara.
Hubungan seperti ini juga terkesan manipulatif seolah-olah hanya memanfatkan kebaikanmu.
3. Perasaan tidak dihargai
Terlalu baik seringkali membuat seseorang merasa tidak dihargai, karena ekspektasi yang tinggi dan kurangnya penghargaan dari orang lain.