Realitasonline.id | Seandainya dapat memilih, tidak ada satupun anak yang ingin tumbuh bersama trauma.
Sayangnya, di Indonesia masih banyak darurat kekerasan anak.
Tumbuh sebagai seorang anak yang mengalami kekerasan bukan hal yang mudah.
Baca Juga: Produktivitas Menurun dan Sering Hilang Fokus? Yuk Terapkan 5 Miskonsepsi Umum tentang Stres
Apalagi, anak belum cukup pandai untuk memahami dan mengungkapkan apa yang ia alami dan rasakan
Hal yang sering diabaikan, padahal trauma ini dapat berdampak pada psikologis.
Seperti menyebabkan perubahan suasana hati yang cepat, perilaku impulsif, ketakutan luar biasa, sikap agresif, menarik diri dari sosial, perasaan cemas hingga depresi.
Seorang anak yang mengalami kekerasan dari orang-orang terdekatnya akan memandang dunia sebagai tempat yang tidak aman dan dirinya tidak lagi berharga.
Baca Juga: Bangunan Objek Wisata Paluh Naga Hangus Terbakar, Kerugian Puluhan Juta
Pengabaian dan abuse juga membuat anak kesulitan mengelola emosi.
Itu sulit berempati dan merasa tidak diperhatikan sehingga adapun memicu rasa kesepian.
Jika dibiarkan kesepian ini dapat terus berkembang hingga tewas.
Bagi siapapun yang sedang berjuang mengalami trauma kamu tidak sendiri.
Kehadiran aku tersayang serta doa yang tulus turut hadir dalam proses perjalananmu.