Baca Juga: Misteri Siluman Penjaga Harta Karun Peninggalan Kerajaan Majapahit di Gunung Suket
Lebih jauh menurut penerawangan Mbah Somad, letusan kecil beberapa gunung tersebut sesungguhnya adalah isyarat bagi masyarakat dan kepemimpinan Megawati ketika itu.
Jika saja syarat ini tidak bisa ditangkap para penyelenggara negra maka kehancuran akan menyelimuti Pulau Jawa, khususnya Jakarta.
Bukan mustahil jika Eyang Prabu Agung Siliwangi marah lalu Gunung Salak meluncurkan lahar panasnya, maka kota Bogor dan Jakarta akan porak poranda. Pun begitu jika Eyang Buana Agung di Gungung Sangga Buana marah, maka lumatlah Jakarta, jelas Mbah Somad.
Lebih spesifik Mbah Somad menjelaskan, isyarat alam ini sesungguhnya lebih ditujukan bagi kepemimpinan Megawati ketika itu sebagai Presiden Republik Indonesia.
Nampaknya, gaib-gaib penguasa tanah Jawa mulai kecewa dengan kepemimpinan Megawati. "Lihat bagaimana ayahnya dulu, Bung Karno, dia begitu akrab dengan hal-hal gaib. Maka kharismanya pun tidak putus hingga kini. Begitu pula dengan Soeharto yang dikelilingi orang- orang pintar, maka tak heran jika ia mampu menguasai negeri ini selama 32 tahun, ujar pria gaek yang masih kekar itu.
Menurut analisa kaum kebatinan, terutama yang beraliran Kejawen, siapapun yang ingin menguasai Jawa (Indonesia?), mereka harus mendekati penguasa gaib tanah Jawa.
Sementara penguasa gaib tanah Jawa itu rata-rata menghuni gunung-gunung merapi. Seperti Eyang Prabu Agung Siliwangi di Gunung Salak dan Eyang Soeryakencana di Gede Pangrango.
Sinyalemen yang diuraikan Mbah Somad nampaknya menyimpan kandungan yang perlu dicermati dengan hati-hati. Jika kita renungkan dalam-dalam, letusan sebuah gunung (terlebih beberapa dan dalam waktu berdekatan) selalu saja menyimpan pertanda akan datangnya sebuah perubahan.
Salah satu contoh, letusan Gunung Merapi di tahun 1672, bertepatan dengan huru-hara pemberontakan terhadap Mataram Islam.
Mosi tidak perttaya terhadap para pejabat penerus Sultan Agung Mataram saat itu telah memicu suksesi kepemimpinan Mataram yang saat itu dipegang oleh Amangkurat-I (1645-1677).
Lantas, ingatlah juga ketika Gunung Merapi meletus pada 11 Juli 1998 silam. Tak lama setelah itu Presiden Soeharto dan Orde Barunya terjungkal.
Padahal, nyaris tak ada seorang pun yang sebelumnya memperhitungkan kenyataan tersebut.
Mengingat konstalasi politik yang ada sekarang ini, mungkinkah ada sesuatu yang lebih besar bakal terjadi dan menandai perubahan di negeri ini?
Semoga kita semua diberi umur panjang dan dapat menyaksikan apa yang akan terjadi. (6918)