Sesekali tanah bisa dicangkuli agar tidak terlalu padat sehingga cacing tanah bisa tumbuh untuk pakan alami ayam.
Tipa kandang lain seperti tipe postal dan tipe baterai jarang digunakan untuk ternak ayam kampung.
Alasannya, karena biaya pembuatan dan operasionalnya tidak sebanding dengan produktivitas ayam kampung. Kecuali untuk beberapa jenis ayam buras lainnya seperti ayam arab, ayam poncin, ayam nunukan dan ayam kampung unggul hasil silangan.
Perkawinan pada sistem semi intensif, memanfaatkan kandang koloni. Kandang berukuran luas 1×2 meter dengan tinggi 0.75-100 cm.
Kandang sebesar ini bisa dihuni oleh 6 induk betina dan 1 ekor jantan. Perkawinan bisa terjadi dalam beberapa hari.
Setelah induk betina dikawini pejantan, dalam tempo tiga hari telur yang dihasilkan bisa dipastikan fertil atau bisa menetas (tiga hari terhitung sejak kawin bukan masuk kandang).
Telur yang dihasilkan dalam kandang koloni segera dikeluarkan dan diambil untuk dierami oleh indukan lain.
Atau bisa juga dierami unggas lain seperti entog atau bebek. Atau bisa menggunakan inkubator.
Bila indukan betina dalam kandang koloni mengalami masa mengeram bisa dihilangkan dengan diguyur atau direndamnya dalam air bersih.
Memelihara ayam kampung
Ayam kampung merupakan ayam lokal asli. Konon ayam ini berasal dari ayam hutan yang dijinakan.
Jangan terkecoh dengan jenis-jenis ayam buras lain seperti ayam katai dan ayam arab.
Meskipun kini banyak dijumpai hasil silangan ayam kampung untuk meningkatkan produktivitasnya. Kelebihan ayam kampung mempunyai daya tahan yang cukup kuat terhadap penyakit.
Bibit ayam kampung bisa didapatkan dengan membeli dalam bentuk telur, Day Old Chicken (DOC), atau indukan.
Bila membeli dalam bentuk telur, pastikan mengetahui asal-usul telur tersebut. Bila memilih bibit dari DOC, kenali ciri-ciri yang baik antara lain tidak cacat, berdiri tegap, mata bersinar, pusar terserap sempurna, dan bulu bersih.
Ternak ayam kampung biasanya tidak membedakan antara ayam petelur dan ayam pedaging.