1. Tentukan Waktu yang Tepat Untuk Memulai Usaha
Ini adalah kunci sukses pertama dalam usaha ayam kampung, terutama untuk peternak kecil (kurang dari 1000 ekor ayam).
Karena penentuan waktunya bisa ditentukan dengan mempertimbangkan lamanya tahap pembiakan, maka bisa diprediksi saat harga ayam melambung. Umumnya panen akan terjadi sebelum dan sesudah libur Idul Fitri.
Jika panen ditujukan pada momentum ini, peternakan dapat dimulai sekitar 4 bulan sebelumnya. Dalam perhitungan ini, hampir dapat dipastikan bahwa peternak yang memperoleh keuntungan terbaik, bukan peternak yang kebetulan mulai beternak. Idul Adha biasanya mengalami penurunan harga ayam, jadi hindari panen selama waktu ini.
2. Pilih Bibit Unggul
Tentu saja hampir seluruh peternak ayam telah memahami tentang hal ini. Namun yg lebih krusial merupakan jenis & keturunan ayam itu sendiri. Misalnya, apabila kamu membesarkan ayam kampung menurut keturunan wareng, maka berat badan maksimalnya hanya berkisar 1,5 sampai 2 kg saja, sekalipun diberi makan banyak.
Lain halnya apabila kamu memelihara ayam kampung rambon, maka mampu dipastikan berukuran badannya lebih cepat membesar, yang mampu mencapai 4 hingga 5 kg.
Untuk itu, saat kamu membeli DOC (bibit ayam) maka usahakan pula meneliti misalnya apakah indukkannya & ayam jantan yang mengawininya, supaya engkau nir menerima bibit ayam yg berukuran tubuhnya tidak mampu membesar.
Pemilihan bibit unggul ini mempunyai efek yg relatif besar dalam perkembangan usaha ayam kampung, lantaran ayam yang dari berasal dari bibit unggul mampu mempunyai masa panen yg lebih cepat dan risiko kematian yg lebih rendah. Dengan begitu, modal dalam membuka usaha akan segera tergantikan waktu memakai ayam kampung super ini.
3. Pemberian Makan Tepat Waktu dan Bernutrisi
Pakan ayam merupakan sumber nutrisi yang diserap oleh tubuh ayam dan merangsang perkembangan dan pertumbuhannya. Pakan ayam yang baik adalah yang kaya akan protein. Cara termudah untuk membeli tentu saja sentrat atau pur ayam.
Namun, kamu juga dapat menggunakan berbagai pakan alternatif lain seperti jagung, bungkil kedelai, tepung tulang, tepung ikan, tepung udang, ulat, ampas tahu, ulat kecil, dan ampas kedelai. Pakan alternatif juga dapat membantu mengurangi biaya.
Pemberian pakan juga harus dilakukan tepat waktu, yaitu setiap tiga hari sekali, pada pagi, siang, dan sore hari. Penting juga untuk selalu memiliki daun sayuran untuk digantung di dalam kandang. Hal ini untuk mencegah ayam kelaparan jika pemberian pakan terlambat. Selain itu, pakan yang rendah nutrisi seperti dedak padi dan nasi kering secara signifikan menghambat pertumbuhan ayam itu sendiri.
4. Memahami Pasar
Dalam industri perunggasan, pelaku usaha perlu memiliki pemahaman yang baik tentang segmen pasar penjualan ayam kampung. Selain pedagang pasar, pembeli ayam kampung adalah pengusaha kuliner, yaitu pemilik rumah makan dan warung makan. Oleh karena itu, pelaku ekonomi perlu waspada dalam mencari cara untuk memperluas pasarnya.
5. Menentukan Media Promosi
Seperti jenis bisnis lainnya, periklanan penting untuk menjaga bisnis berjalan dengan lancar. Di era digital ini, pemilik bisnis dapat menggunakan media sosial untuk menjual produknya dan membagikan testimoni dari pembeli sebelumnya.
Perhitungan Modal Usaha Ayam Kampung
Sama seperti memulai bisnis pada bidang lain, bisnis ayam kampung membutuhkan modal yang perlu dipersiapkan. Namun, modal yang dibutuhkan untuk memulai usaha ini tidak besar. Selain itu, tergantung pada strategi yang digunakan untuk menjalankan bisnis, mungkin tidak akan lama mendapatkan balik modal. Pada tahap awal, pengusaha ayam lokal harus memenuhi dua jenis kebutuhan: modal awal dan biaya operasional. Contohnya seperti di bawah ini.
Biaya membeli/menyewa kandang : Rp 3.000.000
Tempat makan dan minum : Rp 600.000
Alat pemanas : Rp 800.000
Terpal : Rp 400.000
Bibit unggul : Rp 8000 x 550 ekor = Rp 4.400.000
Pakan ayam : Rp 6.000.000
Obat/vitamin: Rp 300.000
Kebutuhan lain-lain : Rp 1.000.000
Dengan demikian, total modal yang dibutuhkan untuk memulai bisnis ayam kampung : Rp16.500.000,00
Total biaya operasional = total modal – harga bibit unggul. Dengan perhitungan sebagai berikut : Rp16.500.000,00 – Rp4.400.000,00 = Rp12.100.000,00.