realitasonline.id - Sejak zaman dahulu kala di tanah air santet bukan hal yang tabu karena santet adalah upaya seseorang untuk mencelakai orang lain dari jarak jauh dengan menggunakan ilmu hitam.
Biasanya santet sering dilakukan orang yang mempunyai dendam karena sakit hati kepada orang lain.
Santet dapat dilakukan sendiri maupun dengan bantuan seorang dukun. Secara etimologi, santet berasal dari bahasa Osing yang merupakan akronim dari frasa mesisan kanthet (biar terikut) atau mesisan benthet (biar retak).
Baca Juga: Pasal Santet Atau Penipuan Santet Masih Jadi Perdebatan Sengit
Mesisan kanthet, mantra magi kuning, sedangkan mesisan benthet, mantra magi merah
Salah satunya tradisi gaib di Sulawesi Selatan memang sudah tidak asing lagi. Bahkan diperkirakan ada sejak ratusan tahun yang lalu.
Ilmu sihir seperti guna-guna, pelet, santet, dan lain-lain telah ada dan akhirnya dipelajari suku-suku di daerah ini terutama Suku Kajang yang dikenal sangat ahli dalam hal mistisme.
Baca Juga: Undang-undang Santet dalam RKUHP Hanya Sebuah Delik Formal
Mereka memiliki ilmu yang bisa membuat seseorang jadi kebal. Mungkin mirip sekali dengan Suku Badui yang ada di Banten.
Tingkat jelajah ilmu mereka juga sangat jauh. Ngerinya lagi, kekuatan ini konon bisa membunuh orang lain.
Doti sendiri merupakan ilmu sejenis santet yang digunakan untuk menciderai atau membunuh seseorang.
Ritual menyantet ini sendiri hanya menggunakan media berupa foto bertuliskan nama calon korban, dilengkapi seekor ayam putih, serta segelas air putih.
Proses yang dilakukan mula-mula adalah dengan meletakkan foto orang yang disantet di bawah gelas air putih.
Kemudian sang dukun akan memegang ayam dan dihadapkan di depan gelas sambil membaca mantera.