Baca Juga: Cerita Horor Hantu-hantu Korban Kerusuhan di Bulan Mei 1998 Gentayangan Ganggu Mahasiswa Sedang PKL
Mitos hantu sundel bolong juga telah menjadi mitos yang umum di Malaysia setelah dibawa oleh imigran-imigran dari nusantara.
Penamaan "sundel bolong" berasal dari pelafalan nusantara untuk istilah "sundal bolong".
"Sundal" umumnya merujuk pada "wanita jalang" atau "pelacur", dan "bolong" adalah bahasa Jawa yang berarti "berlubang tembus" yang merujuk pada penggambaran hantu sundel bolong yang mempunyai lubang di bagian punggungnya yang terlihat tembus ke depan.
Dalam mitos nusantara, hantu sundel bolong adalah arwah penasaran dari wanita yang mati karena diperkosa dan kemudian melahirkan anaknya di dalam kubur.
Sundel bolong menurut mitos juga suka mencuri bayi-bayi yang baru saja dilahirkan. Sundel bolong menurut mitos sangat malu dengan lubang pada badannya dan selalu berusaha menutupinya.
Hantu sundel bolong dikatakan sering menjelma sebagai wanita cantik yang berjalan seorang diri di jalan yang sunyi.
Ada dugaan bahwa mitos ini dahulu diciptakan dan disebarkan di nusantara untuk menghindarkan wanita yang berjalan sendirian saat malam hari di pedesaan dari gangguan laki-laki yang berniat jahat, terutama untuk memperkosa.
Sosok perempuan menyeramkan yang berbaju putih menjuntai, berambut panjang, kaki yang tidak menapak ke tanah, punggungnya yang bolong dan sering menggoda para lelaki di malam hari. Siapakah dia? Ya, dia adalah Sundel Bolong.
Dibalik sosoknya yang menakutkan, hantu lokal ini justru mengartikulasikan dirinya sebagai sang liyan.
Tawanya yang khas, merupakan sebuah paradoks atas kepedihannya sebagai korban. Dalam hal ini dapat dilihat mulai dari pemberian julukan hingga cara pandang dan perlakuan masyarakat terhadapnya.
Nama ‘Sundel Bolong’ berasal dari kata ‘sundal’ yang berarti kelakuan buruk, wanita jalang, atau pelacur; dan ‘bolong’ yang berarti ‘lubang tembus’.
Hal tersebut berhubungan dengan sosoknya yang dipercaya memiliki masa lalu sebagai seorang perempuan ‘nakal’ yang kemudian menjadi objek perkosaan, dan meninggal dalam keadaan mengandung, hingga menjadi arwah gentayangan dengan gambaran fisik khas, yakni mempunyai lubang tembus yang mengerikan dan menjijikkan di bagian punggungnya.
Kisah di atas terus disebarkan dari mulut ke mulut dan semakin mencuat berkat campur tangan industri perfilman pada era Orde Baru—yang kerap menyajikan film horor dengan perempuan sebagai bintangnya, misalnya film ‘Sundel Bolong’ (1981) dan ‘Beranak dalam Kubur’ (1871) yang diperankan oleh Suzzanna.
Dalam berbagai film horor Indonesia pada rezim tersebut, terdapat bentuk-bentuk objektivikasi dan domestifikasi terhadap tokoh perempuan, contohnya scene yang menjadikan perempuan sebagai sosok yang tak berdaya, dijadikan objek kekerasan (pelecehan, pemerkosaan bahkan pembunuhan) dan tidak diberi hak untuk bicara, apalagi melawan.