Perlengkapan sesaji itupun beraneka ragam bentuknya, tetapi yang paling inti adalah Mahesa Lawung, yakni kepala kerbau yang masih perjaka, lengkap dengan keempat kakinya.
Aneka macam daging binatang yang disebut dengan ulam-ulaman dan Walang Atago, yakni berbagai jenis belalang juga disertakan dalam upacara ini.
Belalang ini melambangkan kawula alit atau rakyat kecil. Begitu juga aneka makanan mentah dan matang yang menjadi pelengkap upacara Mahesa Lawung menyimbulkan makna-makna tertentu.
Pelaksanaan upacara Mahesa Lawung di Alas Krenda Wahana yang dilaksanakan setiap tahun itu, selain untuk kepentingan Keraton Surakarta sendiri, juga digunakan sebagai ajang permohonan untuk keselamatan Bangsa Indonesia.
Begitulah menurut kepercayaan yang hingga kini masih tetap terpelihara terutama di kalangan Keraton Surakarta dan masyarakat di sekitarnya.
Baca Juga: Misteri Centralia: Jejak Langkah di Kota Terlupakan yang Tertelan Api
Lalu siapakah Bethari Durga sehingga harus dihormati oleh Keraton Surakarta?Bethari Durga atau Kalayuwati, menurut legenda dulunya seorang puteri yang sangat cantik.
Lantaran bertingkah laku buruk, yakni sering melakukan perselingkuhan dengan seorang lain yang bukan suaminya, maka akhirnya dia menerima kutukan.
Wajahnya berubah jelek dan menakutkan, bentuk tubuhnya menjadi besar bagaikan seorang raksasa.
Karena bentuk tubuhnya yang menakutkan itulah sehingga ia mengasingkan diri ditengah-tengah hutan dan akhirnya menjadi pemimpin bangsa lelembut dan siluman di tengah Krenda Wahana.
Menurut kalangan Kebatinan Jawa, pusat kerajaan sang Bethari beradadi sebuah tempat yang sekarang oleh orang disebut dengan nama Punden Bethari Durga.
Yang menandai tempat ini adalah sebuah pohon Beringin besar yang uslanya sudah ratusan tahun.
Menurut legenda masyarakat, pohon Beringin ini diyakini sebagai tempat tinggalnya Bethari Durga beserta anak buahnya. Karuan saja jika kemudian tempat ini dikenal sangat angker.
Baca Juga: Berpetualang ke Pulau Hantu: Mengungkap Misteri di Tengah Samudra Hindia
Menurut Lurah Wiryono, seorang penghayat Kebatinan Jawa sekaligus juru kunci Alas Krenda Wahana, di tempat itu Dewi Durga dijaga oleh tiga sosok orang tua dengan jenggot panjang.