Hari Rabu Terakhir di Bulan Safar Dianggap Penuh Malapetaka, Rebo Wekasan Bid'ah? Begini Tanggapan Buya Yahya

photo author
- Selasa, 27 Agustus 2024 | 20:36 WIB
Buya Yahya Ungkap Tentang Rebo Wekasan (Pinterest)
Buya Yahya Ungkap Tentang Rebo Wekasan (Pinterest)

Realitasonline.id | Buya Yahya memberikan pandangan mengenai tradisi "Rebo Wekasan" atau "Rabu Wekasan," yang adalah kepercayaan bahwa hari Rabu terakhir di bulan Safar dianggap sebagai hari malapetaka atau hari sial.

Tradisi ini biasanya diikuti dengan berbagai amalan, seperti mandi khusus, membaca doa-doa tertentu, atau mengadakan ritual untuk menolak bala. Berikut adalah pandangan Buya Yahya mengenai hal tersebut:

1. Kepercayaan Terhadap Hari Sial Tidak Diajarkan dalam Islam:

Buya Yahya menegaskan bahwa dalam ajaran Islam, tidak ada dasar atau dalil yang shahih yang menyatakan bahwa hari Rabu terakhir di bulan Safar adalah hari yang membawa malapetaka atau kesialan.

Kepercayaan terhadap hari sial, apalagi yang mengaitkan dengan hari atau tanggal tertentu, termasuk dalam bentuk tathayur (berprasangka buruk terhadap hari tertentu), yang dilarang dalam Islam.

Rasulullah SAW mengajarkan bahwa semua hari adalah baik dan tidak ada hari tertentu yang membawa kesialan atau bencana.

2. Hati-Hati dengan Amalan yang Tidak Berdasarkan Syariat:

Buya Yahya mengingatkan untuk berhati-hati terhadap amalan-amalan yang tidak memiliki landasan dari Al-Qur'an dan Sunnah.

Islam mendorong umatnya untuk melakukan amalan yang memiliki dasar yang jelas, baik dari segi hukum maupun praktik.

Amalan yang dilakukan dalam rangka Rebo Wekasan, seperti mandi khusus atau membaca doa-doa tertentu tanpa dalil yang kuat, bisa termasuk dalam kategori bid'ah (inovasi dalam agama).

Buya Yahya menegaskan pentingnya mengikuti ajaran Islam yang murni dan menjauhi praktik-praktik yang tidak diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW.

3. Fokus pada Amalan yang Disyariatkan:

Buya Yahya menganjurkan untuk lebih fokus pada amalan-amalan yang jelas diajarkan dalam Islam, seperti memperbanyak doa, dzikir, shalat, sedekah, dan perbuatan baik lainnya tanpa harus menunggu atau mengkhususkan hari tertentu.

Amalan-amalan ini memiliki manfaat yang jelas dan dapat mendekatkan diri kepada Allah SWT.

4. Menghindari Keyakinan Khurafat:

Menganggap bahwa hari Rabu terakhir Safar sebagai hari sial bisa jatuh dalam kategori khurafat atau takhayul, yang tidak memiliki dasar dalam ajaran Islam.

Buya Yahya menekankan pentingnya menjauhi keyakinan seperti ini karena dapat melemahkan akidah dan menimbulkan keraguan dalam iman seseorang.

Menurut Buya Yahya, tradisi Rebo Wekasan yang menganggap hari Rabu terakhir di bulan Safar sebagai hari malapetaka dan mengaitkannya dengan ritual-ritual tertentu bisa dianggap bid'ah, karena tidak ada dalil yang mendasarinya dalam Al-Qur'an maupun Sunnah.

Sebagai Muslim, sebaiknya menghindari amalan yang tidak memiliki dasar syariat yang jelas dan tetap berpegang pada ajaran agama yang murni.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Miftahul Zannah

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

ATR/BPN Permudah Masyarakat Cek PPAT Digital

Jumat, 19 Desember 2025 | 19:17 WIB
X