Pada tahun 1942 selama perang dunia ke-2 pasukan Jepang menduduki Christmas Island pada tahun 1943.
Setengah dari populasi dikirim ke camp penjara di Indonesia setelah Jepang takluk dari negara sekutu pada tahun 1945.
Inggris mengambil alih kembali dalam prosesnya Inggris kemudian menyerahkan Pulau ini ke negara Australia setelah perang.
Penduduk pulau kembali dari Indonesia dengan pasangan dan anak-anak yang semakin menyempurnakan komposisi multikultural Pulau itu.
Baca Juga: Maratua Simanjuntak Buka Musda IV MUI Palas, Ini Pesannya
Bertahun-tahun berlalu melewati banyak tragedi memilukan kini Christmas Island menjelma menjadi sebuah pulau dengan kehidupan yang begitu luar biasa.
Kini menjadi tempat yang sangat aman minim kriminalitas bahkan warga tak perlu risau meninggalkan rumah tanpa mengunci pintu mereka.
Jumlah penduduk Melayu beragam Islam salah satu yang terbesar di sini agama Buddha mendominasi 36% dari total populasi diikuti agama Islam 25% Kristen Katolik 18% serta kepercayaan lain seperti Bahai, Kau dan Konghucu sebanyak 21%.
Menjadi agama mayoritas kedua di pulau tersebut komunitas muslim lebih banyak tinggal di flying fishkov atau lebih dikenal dengan nama kampung.
Baca Juga: Maratua Simanjuntak Buka Musda IV MUI Palas, Ini Pesannya
Kampung memiliki sebuah pelabuhan kecil yang menjadi tempat berlabuh kapal-kapal wisata.
Di antara pemukiman juga terdapat sebuah masjid yang cukup populer di sini yakni Masjid at taqwa. Muslim hidup damai di tengah keberagaman etnis di Pulau ini.
Pemerintah setempat menerapkan libur untuk hari besar tiap etnis dan umat beragama 2 hari raya yakni Idul Fitri dan Idul Adha pun ditetapkan menjadi hari libur.
Beragam festival budaya Islam pun diizinkan untuk digelar sebagaimana di Indonesia dan Malaysia muslim.