nusantara

Pembangunan Mega Proyek PLTA Batang Toru Rubuhkan Puluhan di di Desa Luat Lombang Tapanuli Selatan Sampai Berkeping-keping

Kamis, 20 Juni 2024 | 19:59 WIB
Pembangunan Mega Proyek PLTA Batang Toru Rubuhkan Puluhan di di Desa Luat Lombang Tapanuli Selatan

realitasonline.id - Ternyata, banyak dampak negatif dari Pembangunan Mega Proyek PLTA Batang Toru Tapanuli Selatan membuat puluhan rumah di Desa Luat rubuh berkeping-keping tanpa tanggungjawab.

Berawal dari kisah salah seorang warga setempat setelah mengantarkan istrinya ke rumah sakit di Medan, sore awal September 2021, Zulfahri Simanjuntak, kembali ke rumahnya di Desa Luat Lombang, Kecamatan Sipirok, Tapanuli Selatan, Sumatera Utara.

Tak lama kemudian dia merasakan gerakan tanah di lantai bagian samping kanan rumah. Pria 49 tahun ini pun mengetok lantai berulang kali, dan terdengar kopong. Menjelang malam dia kembali memeriksa bagian belakang rumah itu dan menemukan pondasi bangunan rumah mulai miring ke kiri.

Baca Juga: Bupati Tapsel Minta Surveyor Penuhi Hak Masyarakat Terdampak Proyek ROW PLTA Batang Toru

Zulfahri, sehari-hari bekerja di ladang dan sebagai ustadz di desa itu, merasa khawatir tertimpa bangunan rumah kalau tiba-tiba roboh saat terlelap. Dia pun memutuskan tidur di rumah ibunya.

Beberapa barang seperlunya dia pindahkan ke rumah ibunya berjarak hanya tiga meter di sebelah kiri rumahnya.

Bencana itu tak dapat dia lawan. Sore itu, dia melihat rumahnya roboh perlahan dan amblas sekitar dua meter hingga tidak sejajar lagi dengan halaman rumah di tepi jalan lintas itu.

Baca Juga: TKA Tewas Tertimpa Batu di Terowongan Proyek PLTA Batang Toru

“Rumah saya sudah roboh, sekarang beginilah jadinya, hancur, tidak layak lagi ditinggali,” kata Zulfahri ketika mengajak Mongabay melihat kondisi rumahnya, awal September lalu.

Malam itu dia menumpang di rumah ibunya. Dia tidak bisa memejamkan mata. Sepanjang malam dia suntuk memikirkan rumahnya.

Rumah itu dia bangun bersama istrinya, Afiliani Panjaitan, empat tahun lalu. Ketika membangun rumah itu, supaya kuat, dia pakai besi 12 inci untuk rangka pondasi rumah, dan tiang pondasi masing-masing 30 x 30 cm.

Baca Juga: PT NSHE Lakukan Penyelidikan Atas Meninggalnya TKA di Zona Proyek PLTA Batang Toru

Sedikitnya, biaya pembangunan rumah Rp70 juta. Uang tabungan, sebagian bantuan ibunya, dan sebagian lagi pinjaman dari bank untuk bangun rumah.

“Memang yang pinjaman dari bank sudah selesai kami lunasi,” katanya.

Melihat rumah runtuh dan hancur, istrinya yang sudah sakit-sakitan jadi stres. Kondisi kesehatan memburuk. Beberapa hari kemudian dia dilarikan ke RSU Adam Malik, Medan, sebulan kemudian meninggal dunia.

Halaman:

Tags

Terkini

ATR/BPN Permudah Masyarakat Cek PPAT Digital

Jumat, 19 Desember 2025 | 19:17 WIB