nusantara

Dari Anyaman ke Harapan, Kisah Kebangkitan Desa Bandung Lewat Reforma Agraria

Selasa, 7 Oktober 2025 | 09:11 WIB
Semangat Reforma Agraria di Kabupaten Pandeglang kini hadir bukan hanya sebagai program redistribusi lahan, tetapi juga sebagai sarana pemberdayaan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat desa. Realitasonline.id/Dok)

Realitasonline.id - Banten | Semangat Reforma Agraria di Kabupaten Pandeglang kini hadir bukan hanya sebagai program redistribusi lahan, tetapi juga sebagai sarana pemberdayaan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat desa.

Hal ini tampak jelas di Desa Bandung, tempat berdirinya Kampung Reforma Agraria Bukit Sinyonya, yang kini berkembang menjadi ruang kreatif dan destinasi wisata unggulan berbasis potensi lokal.

Desa wisata ini bahkan telah dinobatkan sebagai salah satu Kampung Reforma Agraria terbaik pada Januari 2025, berkat keberhasilannya dalam menggerakkan ekonomi masyarakat melalui kolaborasi lintas generasi.

Baca Juga: Kolaborasi Tanpa Sekat, ATR BPN dan UMKM Satukan Langkah Untuk Rakyat

Pengelola Bukit Sinyonya, Asep Adam (25), menceritakan bagaimana awalnya kampung tersebut memiliki potensi alam dan budaya yang besar namun belum tergarap maksimal.

“ Potensinya sudah ada, tapi kalau tidak dikemas dengan baik, tidak akan ada keberlanjutan. Misalnya penganyam, yang dari dulu ibu-ibu sudah bisa menganyam, tapi sekarang banyak yang sepuh. Anak muda tidak ada yang mau meneruskan. Dengan adanya desa wisata ini, muncul harapan baru, anak muda mulai tertarik untuk terlibat, ” ungkap Asep saat ditemui di lokasi, Senin (6/10/2025).

Melalui program Reforma Agraria yang mulai berjalan sejak 2023, masyarakat setempat mendapatkan ruang untuk mengelola dan mengembangkan potensi desa secara mandiri dan produktif.

Hasilnya, sektor kerajinan tangan yang dulunya terbatas pada tas pandan sederhana kini berevolusi menjadi produk-produk kreatif seperti sepatu berbahan pandan dan tas kekinian yang digemari wisatawan.

Baca Juga: ATR BPN Sukses Bikin Warga Desa Rejoagung di Jawa Timur Bangkit Lewat Reforma Agraria

“ Awalnya ibu-ibu cuma bisa bikin tas. Tapi setelah anak-anak muda dilatih, muncul ide-ide baru. Kreativitasnya makin tinggi dan nilai produknya pun meningkat karena bentuk dan desainnya semakin beragam, ” tutur Asep yang kini menempuh pendidikan di Prodi Pariwisata Universitas Terbuka Serang.

Lebih dari sekadar meningkatkan produk, Desa Wisata Bukit Sinyonya juga menghadirkan perubahan sosial di masyarakat. Para pengrajin kini tak hanya menjadi produsen, tetapi juga instruktur yang mengajarkan keterampilan kepada warga lain dan wisatawan.

“ Sekarang kami tidak hanya menjual produk, tapi juga berbagi ilmu. Yang dulunya hanya pengrajin, kini bisa menjadi instruktur, ” ujarnya.

Perubahan tersebut dirasakan langsung oleh warga, seperti Ani (52), seorang pengrajin yang kini menikmati hasil kerja kerasnya.

“ Dulu hidup kami sederhana, dari hutan ke rumah, menganyam terus. Sekarang, alhamdulillah, bisa beli sepatu baru dari hasil anyaman, ” ucapnya sambil tersenyum.

Ani menuturkan, hasil kerajinan anyaman kini bukan hanya menjadi sumber penghasilan tambahan, tetapi juga menopang pendidikan anak-anak mereka.

Halaman:

Tags

Terkini

ATR/BPN Permudah Masyarakat Cek PPAT Digital

Jumat, 19 Desember 2025 | 19:17 WIB