Realitasonline.id - Teknologi kendaraan otonom terus berkembang pesat di berbagai belahan dunia. Amerika Serikat, Tiongkok, dan beberapa negara Eropa sudah mulai menguji coba taksi tanpa sopir atau yang dikenal dengan istilah taksi otonom.
Layanan ini menggunakan mobil listrik atau hibrida yang dilengkapi dengan sistem kecerdasan buatan, sensor LIDAR, kamera, serta radar untuk menggantikan peran pengemudi manusia.
Lalu, pertanyaannya: kapan taksi otonom bisa benar-benar hadir di Indonesia? Artikel ini akan membahas peluang, tantangan, serta prediksi masa depan layanan transportasi futuristik ini di tanah air.
Baca Juga: Transformasi Besar Dunia Otomotif, Bagaimana Anak Muda Melihat Tren Mobil Pintar di 2025?
Tren Global Taksi Otonom
Beberapa perusahaan besar dunia sudah mengembangkan layanan taksi otonom. Contohnya:
- Waymo (Google/Alphabet) di Amerika Serikat sudah meluncurkan layanan taksi otonom komersial di Phoenix dan San Francisco.
- Baidu Apollo dan AutoX di Tiongkok melakukan uji coba layanan serupa di Beijing, Shenzhen, dan kota besar lainnya.
- Cruise (General Motors) juga mengoperasikan armada taksi tanpa sopir di beberapa kota di AS.
Di negara-negara tersebut, taksi otonom masih dalam tahap uji coba terbatas, dengan area operasi tertentu, kecepatan yang dibatasi, serta selalu ada sistem pemantau jarak jauh. Meski begitu, perkembangan ini membuktikan bahwa teknologi tersebut bukan lagi sekadar imajinasi.
Baca Juga: Fitur Remote Control Lewat Smartphone, Bagaimana Keamanan dan Potensi Penyalahgunaan?
Potensi Taksi Otonom di Indonesia
Indonesia adalah salah satu negara dengan populasi besar dan kebutuhan transportasi tinggi, khususnya di kota metropolitan seperti Jakarta, Surabaya, dan Bandung. Kehadiran taksi otonom bisa membawa beberapa manfaat:
1. Mengurangi kemacetan – Sistem berbasis AI dapat mengatur kecepatan dan rute lebih efisien, sehingga lalu lintas bisa lebih tertib.
2. Efisiensi biaya operasional – Perusahaan transportasi tidak lagi terbebani dengan biaya sopir, sehingga tarif bisa lebih kompetitif.
3. Meningkatkan keselamatan – Dengan teknologi deteksi sensor 360 derajat, risiko kecelakaan akibat human error bisa ditekan.
4. Ramah lingkungan – Sebagian besar taksi otonom berbasis listrik, mendukung target netral karbon pemerintah Indonesia pada 2060.
Tantangan Implementasi di Indonesia
Meski potensinya besar, menghadirkan taksi otonom di Indonesia bukan hal yang mudah. Ada beberapa tantangan utama yang harus diatasi: