Realitasonline.id - Sirkuit Internasional Pertamina Mandalika di Lombok kembali menjadi sorotan dunia dengan digelarnya MotoGP Indonesia 2025 pada 3–5 Oktober 2025. Tak hanya karena keindahan panoramanya yang berpadu dengan laut biru dan perbukitan hijau, Mandalika juga dikenal sebagai salah satu sirkuit paling menantang di kalender MotoGP.
Artikel ini akan mengulas secara mendalam bagaimana cuaca dan kondisi trek Mandalika menjadi faktor kunci yang memengaruhi performa pembalap dan strategi teknis setiap tim di MotoGP 2025.
Cuaca Tropis Mandalika: Tak Terduga dan Penuh Tantangan
Salah satu ciri khas utama sirkuit Mandalika adalah cuacanya yang sulit diprediksi. Terletak di Lombok Tengah, kawasan ini memiliki pola cuaca tropis dengan suhu udara antara 28–34°C pada siang hari.
Baca Juga: MotoGP Indonesia 2025: Dari Latihan Bebas hingga Balapan Utama di Mandalika
Tingkat kelembapan pun tinggi, sering kali mencapai 70–85%, terutama pada bulan Oktober yang berada di peralihan musim kemarau ke penghujan.
Bagi tim MotoGP, kondisi seperti ini menimbulkan tantangan besar dalam hal manajemen suhu ban dan mesin. Suhu aspal di siang hari bisa menembus 50°C, yang membuat ban cepat panas dan kehilangan grip. Di sisi lain, cuaca bisa berubah drastis dalam hitungan menit — hujan deras bisa turun tiba-tiba meski pagi hari sangat cerah.
“Kami harus menyiapkan dua strategi sekaligus — untuk kondisi kering dan basah,” ujar salah satu mekanik tim pabrikan dalam sesi latihan tahun sebelumnya. Hal ini menggambarkan betapa pentingnya fleksibilitas strategi di Mandalika, di mana pengaturan suspensi, tekanan ban, hingga pemilihan kompon ban harus menyesuaikan perubahan suhu dan kelembapan secara cepat.
Kondisi Aspal Mandalika: Perpaduan Grip Kuat dan Permukaan Abrasif
Aspal Mandalika sempat menjadi bahan pembicaraan dunia pada debutnya di MotoGP 2022 karena mengalami pelapukan cepat akibat panas ekstrem. Namun, perbaikan signifikan telah dilakukan sejak 2023. Kini, lapisan aspal menggunakan material polimer khusus yang dirancang untuk meningkatkan daya cengkeram (grip) sekaligus menahan suhu tinggi.
Baca Juga: Ikon Otomotif Era 2010-an Kia Soul Resmi Dihentikan
Meski begitu, karakter aspal Mandalika tetap abrasif — artinya permukaannya cukup kasar dan dapat mempercepat keausan ban, terutama di bagian sisi kanan yang lebih sering mendapat tekanan di tikungan cepat. Dalam satu lap sepanjang 4,3 kilometer dengan 17 tikungan, pembalap harus mampu menjaga ritme agar ban tidak cepat habis.
Beberapa pembalap seperti Francesco Bagnaia dan Marc Márquez kerap menyebut Mandalika sebagai sirkuit “berkarakter campuran”: cepat di beberapa sektor namun sangat teknikal di bagian tengah. Sektor 1 dan 4 memberi kecepatan tinggi di lintasan lurus, sementara sektor 2 dan 3 menguji kemampuan menikung cepat di permukaan yang tak rata sempurna.
Fakta menarik: Mandalika punya kombinasi lintasan cepat dan lambat yang jarang ada di sirkuit lain. Tikungan 10 dan 11 yang menurun memaksa pembalap mengontrol kecepatan dengan cermat, sementara tikungan 16 menjadi kunci keluar ke garis lurus utama.
Sistem Drainase dan Tantangan Saat Hujan